Yang Hadir di Tengah Salat - Jurnal Darul Azis

Yang Hadir di Tengah Salat

Yang Hadir di Tengah Salat

Salat Berjamaah

Sudah hampir tiga jam laki-laki muda itu duduk gelisah di depan komputernya. Tangannya tampak sesekali menyentuh keyboard, mengetik sesuatu. Namun tak lama kemudian, setelah berhenti sejenak dan berpikir, ia menghapus tulisan yang telah diketiknya. Dan itu ia lakukan berkali-kali.

Kopi di mejanya telah terkuras. Itu adalah gelas kedua yang telah diniatkan untuk menemaninya menulis karangan dari pagi tadi hingga siang ini. Wajahnya tampak kuyu. Rambutnya acak-acakan. Dengan keras, ia kemudian mengempaskan punggungnya di kursi. Beristirahat sejenak, dengan kepala mendongak.

Tangannya meraih hape pinter. Memeriksa pesan yang masuk, baik yang dikirim secara pribadi maupun di grup-grup yang diikutinya. Tak ada yang penting. Ia tak menulis apa pun. Diletakkannya kembali hape pinter itu. Ia memejamkan mata. Menarik napas dalam-dalam. Mengembuskannya perlahan. Lalu hening. Tak lama, ia pun tertidur dalam duduknya.

Suara azan di masjid membangunkannya. Ia terkesiap. Melihat hape. Bangkit lalu bergegas ke kamar mandi. Ia lupa membawa peralatan mandinya, lalu kembali lagi ke kamar mengambil sabun dan handuk. Mandi.

Hanya lima menit ia telah selesai. Ia merasa tidak punya waktu banyak. Kali ini ia berencana akan salat di masjid dan kemudian menyelesaikan pekerjaan yang telah menantinya.

Ia mengenakan pakaian terbaiknya. Sarung berwarna putih, baju koko berwarna hitam. Kombinasi yang buruk dan kurang serasi. Tapi ia tampak bangga dan percaya diri mengenakannya. Di depan cermin ia mematut diri, mengerok kumis, juga jenggot. Diraihnya koyah hitam miliknya. Ia lalu tersenyum, pada dirinya sendiri.

Suara iqamah sudah terdengar. Ia keluar kamar, menuju masjid. Langkahnya cepat, tapi tak nampak tergesa.

Kurang dari satu menit ia sampai. Masjid yang ditujunya hanya sepelemparan batu. Ia belum ketinggalan rakaat pertama. Mengikuti salat zuhur dengan tenang.

Di sela-sela salat, ia teringat pekerjaannya.

"Astaghfirullah," ia beristighfar dalam hati. Menepis ingatan tentang pekerjaan yang masuk dalam salatnya.

"Ada topik bagus," ia seolah mendengar suatu bisikan.

"Astaghfirullah.....astaghfirullah," Ia memejamkan mata, mencoba menghalau pikiran-pikiran yang mengganggu. "Topik apa?" Ia malah bertanya pada suara itu.

"Astaghfirullah..astaghfirullah," ia beristighfar dalam hati, menginsyafi ketergodaannya.

Salat terus berjalan, sudah menuju rakaat kedua.

"Ada deh!" Suara itu menggoda tatkala ia sedang rukuk.

"Astaghfirullah...astaghfirullahal 'adziim." Ia kembali beristighfar dalan hati. Lalu kembali ke salatnya.

Salat terus berjalan. Sang Imam sudah mengajaknya duduk beristirahat tahiyat awal.

"Tulis saja tentang tips menulis. Tentang bagaimana menulis paragraf pembuka. Banyak penulis pemula yang bermasah dengannya." Suara itu muncul, saat ia sedang bersahadat.

"Ide bagus!" Pikirnya.

Hatinya pun mendadak girang, dan itu membuat ia tertinggal beberapa detik dari jamaah lain yang sudah terlebih dahulu bangkit memasuki rakaat ketiga.

"Astaghfirullah...astagfirullah." ia kembali beristighfar. Lalu kembali ke salatnya. Berusaha untuk tenang. Tapi sesekali pikirannya berharap salat segera selesai dan ia bisa langsung mengeksekusi ide tulisan tadi.

(Jogja, 2018)
Please write your comments