Technopreneur, Pilar Perekonomian Indonesia di Era Global - Jurnal Darul Azis

Technopreneur, Pilar Perekonomian Indonesia di Era Global

Technopreneur, Pilar Perekonomian Indonesia di Era Global



Oleh : Darul Azis

Persaingan ekonomi global yang demikian ketat, menuntut Indonesia untuk terus berkompetisi dan berupaya keras mempertahankan stabilitas pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor riil yang banyak di aktori oleh pengusaha baik formal maupun non formal, makro maupun mikro, sehingga salah satu upaya yang dilakukan selama ini adalah mendorong tumbuhnya wirausahawan baru di setiap daerah. Secara kuantitatif persentase pengusaha Indonesia saat ini masih tertinggal jauh dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Padahal untuk mencapai nilai ideal, jumlah pengusaha suatu negara sekurang-kurangnya 2 % dari total jumlah penduduk, sedangkan dalam catatan perekonomian tahun 2012 jumlah pengusaha di Indonesia masih dibawah angka 1 % dari total penduduk Indonesia.


Sejarah membuktikan, sektor usaha informal terbukti mampu menjadi penolong perekonomian Indonesia saat negeri ini sedang mengalami krisis. Meskipun waktu itu sangat minim perhatian pemerintah terhadap sektor ini, bahkan cenderung diabaikan. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia wirausaha justru semakin banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama kalangan muda baik mahasiswa, pelajar, teknokrat, sarjana, dan bahkan para artis sekalipun rela nyambi menjadi seorang entrepreneur di sela-sela kesibukannya. Optimisme dan semangat berwirausaha ini semakin besar tatkala terlihat banyak sekali peluang seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia yang kian pesat.


Perkembangan teknologi yang ditandai dengan semakin mudahnya akses informasi dan komunikasi saat ini membawa banyak dampak positif bagi dunia usaha. Para wirausahawan semakin diuntungkan dengan munculnya berbagai sistem berbasis teknologi yang terbukti mampu mendongkrak jumlah pendapatan dan memperlancar kegiatan usaha. Berbagai kemudahan terus menerus dimunculkan melalui  inovasi pengetahuan dan teknologi yang semakin dinamis, sehingga ekonomi masyarakat meningkat pesat. Kondisi inilah yang pada akhirnya mendorong para kalangan muda, wirausahawan dan masyarakat untuk terus berinovasi baik dalam hal pengetahuan maupun teknologi sebagai sarana pendukung laju roda perekonomian. Kewirausahaan berbasis inovasi dan teknologi ini kemudian lebih dikenal sebagai technopreneur, yakni perpaduan antara inovasi-inovasi baru dengan kemajuan teknologi dalam dunia wirausaha.


Saat ini mahasiswa dan pelajar Indonesia telah banyak yang berinovasi teknologi tepat guna dan menjadi solusi baru bagi kehidupan masyarakat.  Inovasi tersebut tidak hanya memberikan keuntungan dalam kegiatan ekonomi, namun juga memberikan dampak sosial seperti meningkatnya kreatifitas, kapasitas daya saing masyarakat serta kepedulian sosial secara masif. Sehingga dengan demikian technopreneur inilah yang nantinya akan mengantarkan bangsa ini mencapai cita-citanya, yakni memajukan kesejahteraan umum dan  mencerdaskan kehidupan bangsa.


Undang-Undang  Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah memberikan angin segar dalam rangka penguasaan pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.  Regulasi ini memberikan ruang yang luas bagi setiap warga negara untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian baik yang bersifat ilmiah maupun penemuan teknologi baru, termasuk pemberian ruang bagi  kerja sama semua unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan  teknologi dalam pengembangan jaringan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.



Optimalisasi Peran Technopreneur
Meski pada tahun 2012 lalu angka pertumbuhan ekonomi mencapai 6,7 %, namun kondisi  perekonomian Indonesia masih diwarnai oleh rendahnya daya beli masyarakat dan besarnya angka pengangguran, tingginya konsumsi publik –yang disinyalir menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tersebut- ternyata didominasi oleh kelas menengah ke atas. Di samping itu pertumbuhan produk  Indonesia masih belum memiliki strategi  pengembangan yang jelas, pertanian yang menyangkut  68 % kehidupan masyarakat kurang diperhatikan sehingga angka kemiskinan di Indonesia pun juga banyak diperankan oleh petani.  Padahal sektor ini mempunyai potensi besar jika mendapatkan lebih banyak sentuhan teknologi tepat guna dan inovasi-inovasi baru dalam pengelolaannya. Berkaca pada negara tetangga, perkembangan teknologi Thailand bertumpu  pada kearifan   lokal yakni dengan mengelola potensi pertanian melalui inovasi teknologi dan pengetahuan. Hasilnya, Thailand menjadi negara dengan hasil pertanian yang begitu pesat berikut dengan pengolahannya.

Memaksimalkan  peran technopreneur dalam  mendongkrak perekonomian  Indonesia memerlukan kerja sama yang baik dari semua pihak,  mahasiswa, pelajar, pengajar, pemerintah, dan masyarakat merupakan energi tak terpisahkan dalam memajukan technopreneurship. Bijak dalam menggunakan teknologi, merupakan sebuah langkah awal yang sangat strategis dan harus menjadi pemahaman bersama agar kemajuan teknologi dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi secara perlahan akan mengubah pola kehidupan masyarakat, jika tidak disikapi dengan bijak maka justru akan mengancam kondisi sosial dan budaya masyarakat. Pengaruh tersebut haruslah diubah menjadi potensi kesejahteraan yang pengelola dan penikmatnya adalah masyarakat itu sendiri.

Pada beberapa kampus research di Indonesia, banyak sekali produk inovatif dan teknologi tepat guna karya anak bangsa yang memberikan solusi baru bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, namun sayangnya industri-industri besar di Indonesia belum mampu sepenuhnya mengakomodir pengembangan teknologi tepat guna tersebut, sedangkan masyarakat kelas bawah kian termarginalkan oleh teknologi baru karena kurangnya pendampingan dari pakar teknologi/ilmuan dalam negeri. Akibatnya pengembangan  teknologi  penyerap tenaga kerja secara maksimal jadi semakin terhambat, padahal Indonesia memerlukan hal tersebut guna mempercepat pengurangan angka pengangguran.

Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka para inovator dalam negeri akan lebih memilih bekerja sama dengan pihak luar negeri yang notabene lebih menjanjikan. Prediksi Exodus yang diungkapkan Sutrisno dalam buku Menuju  Indonesia Pemain Utama Ekonomi Dunia secara eksplisit mengungkapkan kekhawatiran akan hal tersebut.

    Kalau kekuatan ekonomi Indonesia lemah sehingga kekuatan dan perkembangan teknologi Indonesia juga lemah, maka kemungkinan  para pakar teknologi akan eksodus ke negara yang bisa memberikan  tawaran  kesejahteraan lebih baik. (Sutrisno, 2008 : 219).


Kondisi ini sangat menakutkan karena dalam menghadapi persaingan global, Indonesia tidak bisa lepas dari peran para inovator ataupun pakar teknologi. Saat ini Indonesia cenderung keteter menghadapi derasnya arus global yang semakin kompetitif itu. Sementara di sisi lain teknologi unggulan akan menjadi tulang punggung  ekspor negara dan  kunci keberhasilan  menuju  kesejahteraan rakyat.


Dibandingkan dengan negara-negara pembangun teknologi maju (Hongkong, Taiwan, Jerman, Thailand, Malaysia, India dan Amerika) kondisi Indonesia jauh lebih potensial karena dilengkapi dengan sumber daya alam yang sangat berlimpah. Thailand dan Taiwan dapat menjadi negara maju di bidang pertanian, perkebunan dan pengolahan produk, India menjadi aktor utama teknologi komunikasi dan informasi penembus dunia, Jerman mampu menjadi inspirator pengelolaan energi dan transportasi, sedangkan Amerika Serikat dan Inggris unggul dalam bidang pengamanan bisnis dan pertahanan. Dari keseluruhan produk unggulan negara-negara maju diatas, Indonesia memiliki semua potensi itu dan dapat menjadi kekuatan pembangunan perekonomian masyarakat dan bangsa.


Strategi pembangunan Indonesia seperti yang telah diusulkan Hartanto menempatkan technopreneur sebagai langkah utama pembangunan berkelanjutan di tengah persaingan global dan sebagai pola pengembangan SDM. Disusul kemudian penguasaan teknologi, operasi dan pemeliharaan sebagai pola penguasaan dan pengembangan IPTEK. Sedangkan langkah penunjangnya meliputi : pengembangan sektor jasa, kebijakan energi, kebijakan fiskal, infrasturktur, transportasi, produksi dan jasa dalam negeri.  Menariknya lagi, Mangara Tambunan memasukkan sektor wirausaha dan penelitian pengetahuan dan teknologi sebagai bagian dari enam pilar perubahan guna mempercepat pembangunan. Dari pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa peran ilmu pengetahuan, teknologi dan kewirausahaan memiliki posisi vital dalam pembangunan nasional, sebagai pembangun kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia.


Saat ini angkatan kerja muda Indonesia mencapai 60 % dari total jumlah penduduk, potensi ini akan terserap dengan baik melalui technopreneur. Pengembangan technopreneur di Indonesia perlu di manajemen dengan baik oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara karena mampu meningkatkan produktifitas masyarakat, taraf ekonomi dan membuka lapangan kerja baru. Tidak hanya itu, upaya pemerintah tetap harus mendapatkan dukungan dari masyarakat, industri-industri besar, dan pakar/inovator dalam rangka mengembangkan technopreneur sebagai pilar perekonomian di era global. Hal ini mutlak harus dilakukan, mengingat posisi Indonesia sebagai masyarakat global tidak bisa terlepas dari persaingan dan kompetisi dengan negara-negara asing yang lebih maju dan memiliki kesiapan lebih maksimal daripada Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global sarat diwarnai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, jika Indonesia tidak mampu mengimbangi tentu akan semakin tertinggal dan potensi sumber daya alam Indonesia akan terus menerus dikuasai asing.  Pengembangan technopreneur merupakan langkah strategis untuk mencapai cita-cita nasional sebagaimana termuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2 comments

  1. PERLUNYA MENINGKATKAN BIAYA RISET DI INDONESIA UNTUK MEWUJUDKAN ITU SEMUA. KITA TAHU ANGGARAN RISET UNTUK INDONESIA SANGAT MINIM.

    ReplyDelete
  2. otoyyyyy kak semangat wae untuk terus menulis





    ccccccccccc eeeeeeeeeeyyyyyyyyyyy

    ReplyDelete