Mahasiswa Administrasi Negara Bukan Calon Menantu/Pasangan Idaman - Jurnal Darul Azis

Mahasiswa Administrasi Negara Bukan Calon Menantu/Pasangan Idaman

Mahasiswa Administrasi Negara Bukan Calon Menantu/Pasangan Idaman


        
 

 

Mahasiswa jurusan ilmu administrasi negara bukanlah calon pasangan yang ideal. Apalagi calon menantu idaman, bukan! Camkan itu!


Saya yakin, kalian belum pernah mendengar penghinaan itu bukan? Ya, karena yang ada selama ini, mahasiswa selalu membanggakan jurusannya dengan kalimat-kalimat yang kontradiktif dengan kalimat di atas. Mahasiswa, jarang ada yang mau menghina jurusannya sendiri. Masih inget kata Om Indro? Bangsa yang besar adalah bangsa yang berani menghina dirinya sendiri. Kalau kita modif sedikit, maka mahasiswa yang besar adalah mahasiswa yang berani menghina jurusannya sendiri. But, kalian boleh tidak setuju dengan kalimat tadi.


Calon menantu ideal itu mahasiswa jurusan bla bla bla bla

Calon suami idaman itu mahasiswa jurusan bla bla bla bla

Calon istri idaman itu mahasiswa jurusan bla bla bla bla

Au, itu (seharusnya) tidak berlaku untuk mahasiswa administrasi negara !


Loh, kok begitu? Kalimat itu kan sekedar penyemangat aja, memangnya salah?


Tidak, sama sekali tidak salah. Saya hanya mau menyarankan agar itu tidak diucapkan mahasiswa administrasi negara. Itu saja! Kalau kalian ada di jurusan lain, dan ingin menggunakan kalimat semacam itu, ya silakan. Saya tak berhak melarangnya sedikit pun. Dan, kalau mahasiswa administrasi negara masih memaksakan diri untuk menggunakan kalimat tersebut, ya silakan lah. Lagi lagi, saya tak berhak untuk memaksakan kehendak saya yang ngawur ini.

Apa yang bisa kau banggakan dari jurusan administrasi negara, kepada calon mertuamu, calon pasangan hidupmu? Gaji tinggi? Jabatanmu di birokrasi? Ini itu ini itu?

Hei, jangan mimpi deh kalau jurusanmu itu jurusan yang layak diidamkan calon mertua!

Pengen tahu sebabnya?

                                                                       ********

Inilah ketidakpasan tujuan kuliah kita selama ini. Tujuan kita kuliah kebanyakan karena pengin dibilang keren berstatus sebagai mahasiswa. Tujuan kuliah kita karena pengin dapet pekerjaan kantoran. Alasan kita kuliah karena dari pada nganggur di rumah. Tujuan kuliah kita karena pengin dipandang lebih hormat oleh pacar, calon mertua, maupun masyarakat. Bahkan nih, ada juga di antara kita, yang kuliahnya tidak disertai tujuan yang jelas. Cuma ikut-ikutan tren. Trennya kuliah, ya ikut-ikutan kuliah. Maka jangan heran, kalau akhirnya (orang-orang yang demikian itu) kuliahnya pun asal-asalan. Maka jangan heran kalau tahun ini angka pengangguran terdidik justru semakin meningkat : sarjana banyak yang nganggur. Maka jangan heran kalau muncul pernyataan, ngapain kuliah, itu si anu udah kuliah jauh-jauh ujung-ujungnya jadi  pengangguran.

Jadi, apapun jurusan kuliahmu sekarang, kalau kamu termasuk dalam kategori mahasiswa di atas, maka jangan harap kamu jadi calon menantu ideal, jadi calon suami/istri ideal. Segera bertaubatlah !

                                                                      ********
Lalu, bagaimana dengan jurusan administrasi negara? Salah seorang ilmuan Administrasi  Negara, Yeremias T Keban (2004) telah membagi enam dimensi strategis dalam ilmu administrasi negara : kebijakan publik, etika, lingkungan, manajemen, organisasi, dan kinerja. Oke, kita berangkat dari teori ini ya.
 
Dengan berpijak pada teori tadi, kita akan tahu bahwa sebagai calon lulusan ilmu administrasi negara yang (seharusnya) mumpuni di bidang ilmu mengatur negara, mahasiswa administrasi negara dididik untuk dapat mengambil kebijakan yang paling bijaksana untuk masyarakat luas. Perlu kalian tahu, untuk mengambil atau memutuskan kebijakan yang (dirasa) paling bijaksana ini tidaklah mudah. Banyak kepentingan-kepentingan individu atau kelompok tertentu yang menyertainya. Kebijakan inilah yang nantinya akan menjadi penentu adakah celah untuk korupsi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, atau malah sebaliknya. Sementara dalam mengambil kebijakan, kepentingan masyarakat luas harus menjadi dasarnya, ini tentu bukan hal yang bisa dipermainkan seenaknya saja bukan? Para pengambil kebijakan (katakanlah lulusan administrasi negara) akan mengantisipasi hal-hal yang justru akan menyengsarakan masyarakat luas seperti korupsi dan suap misalnya. Oh iya, sebagai pengambil kebijakan, mereka juga rentan terjerat kasus suap loh. Jadi harus hati-hati benar.

Mahasiswa administrasi negara dididik untuk menjadi manusia yang beretika tinggi, terutama dalam hal mengelola sebuah organisasi publik. Perlu juga kalian ketahui bahwa dalam mengelola organisasi publik, orientasinya bukanlah keuntungan, melainkan kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan (baca : kepentingan masyarakat). Jadi, lulusan administrasi negara tidak bekerja di lahan basah sebenarnya, kering justru iya. Jadi, jangankan kok mau korupsi atau menerima suap, melanggar kode etik pun akan terkena sanksi. Jangankan kok mau mendapatkan keuntungan yang berlimpah, masyarakat nggak ada yang ngeluh dengan pelayanan yang kita berikan saja sudah untung-untungan.


Mahasiswa administrasi negara dididik untuk mampu menjadi penggerak kemajuan di lingkungannya. Ini cukup sulit. Apalagi di tengah tuntutan agar cepat-cepat jadi manusia sejahtera. Toh kalaupun lulusan administrasi negara menjadi sejahtera, mereka memiliki beban moral untuk juga memajukan (menyejahterakan) lingkungannya.

Mahasiswa administrasi negara dididik untuk dapat mengelola organisasi publik dengan baik, efektif dan efisien.  (Penjelasan sama di atas, ingat, tidak mencari keuntungan yang besar, melainkan kepuasan masyarakat!)


Mahasiswa administrasi negara dididik untuk mampu membawa organisasi, berikut orang-orang di dalamnya,mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ini artinya, lulusan administrasi negara dituntut untuk menjadi seorang pemimpin, buka bos perusahaan. Kalau jadi bos perusahaan jelas bisa kaya rasa, lah kalau seorang pemimpin? Jauh panggang dari api.

Dan yang terakhir, mahasiswa administrasi negara dituntut untuk selalu berkinerja tinggi dalam melayani masyarakat, atau setidaknya mampu meningkatkan kinerja pegawai maupun pelayanan terhadap masyarakat.

Dari situ, sudah kalian temukan di mana letak keidealan mahasiswa administrasi negara sebagai calon menantu/pasangan ideal? Iya, memang tidak akan bagi calon mertua/ pasangan matre'. Tapi percayalah, lulusan administrasi negara sangat ideal bagi calon mertua/pasangan yang berjiwa sosial tinggi, shaleh/shalehah, mau memperjuangkan nasib orang banyak, dan berkeinginan memajukan lingkungan sekitarnya.

Demikian, salam.
 
Please write your comments