Surat Terbuka Buat Netizen, Blogger, dan Media Online Heboh, Serta Aktivis Like, Comment, And Share di Seluruh Indonesia - Jurnal Darul Azis

Surat Terbuka Buat Netizen, Blogger, dan Media Online Heboh, Serta Aktivis Like, Comment, And Share di Seluruh Indonesia

Surat Terbuka Buat Netizen, Blogger, dan Media Online Heboh, Serta Aktivis Like, Comment, And Share di Seluruh Indonesia

Prolog
"Selepas subuh, ketika saya sedang mendengarkan ceramah Ustadz Sigit Yulianto di Radio Retjo Buntung, seorang teman memensyen saya pada sebuah postingan foto di instagram. Saya pikir foto guyon, dagelan, dan yang bisa menyegarkan, sehingga garis start hari saya membuat semakin bersemangat. Tetapi begitu saya buka.........Allahu akbar! Sebuah foto dokumen pernyataan sikap yang berisi pelarangan beribadah. Saya baca dokumen tersebut sampai selesai, dengan penuh ketelitian. Merasa belum begitu yakin akan kevalidan dokumen tersebut, saya pun hanya bisa menyarankan agar teman yang memensyen saya tadi tabayun dulu. Jangan buru-buru terprovokasi, reaktif, atau pun mengutuk dan menyumpah. Kepada para (calon) komentator di sana, saya juga menyampaikan hal serupa. Tapi ah... emang dasarnya pada malas baca, makin banyaklah komentar-komentar serupa.Duh!"

Sebelumnya perkenalkan, saya Azis. Salah seorang warga negara Indonesia yang tak pernah berkontribusi apa-apa terhadap negara, pengguna aktif internet, dan tentu saja punya akun media sosial.

Sebelum berbicara lebih banyak, terlebih dahulu saya mendoakan semoga hari ini Anda dalam keadaan baik, sehat, sudah makan, dan sudah beribadah kepada Tuhan. Sehingga bisa membaca tulisan ini dengan baik, adil, dan bijaksana serta dengan suasana hati yang riang gembira. 

Jadi begini, dalam tulisan yang mungkin panjang ini saya sakadar ingin curhat, yang semoga juga menjadi semacam pengingat bagi Anda-anda semua perihal lompatan zaman yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam otak saya yang terbatas ini.

Terutama soal internet ya. Sekarang ini, dalam hitungan detik informasi sudah bisa menyebar ke berbagai penjuru dunia. Melalui facebook, bbm, twitter, google plus, wasap, line, dan alat sosial lainnya. Tentu dalam hal ini, kita para manusia inilah yang berperan sebagai subjeknya. Yakni sebagai penyebar informasi, baik informasi benar, samar-samar, fitnah atau hoax hingga informasi propaganda. Sampai di sini, tolong ini disimpan dulu ya. Karena saya pengin berbicara soal lain.

Anda pasti sangat setuju kalau saya mengatakan bahwa negara ini kaya akan sumber daya alam. Seberapa kaya Indonesia, Anda pasti juga sudah tahu. Informasi-informasi seputar emas, timah, uranium, ikan, hutan, air, budaya, di Indonesia yang bahkan oleh bangsa asing pun hal tersebut juga diakui, sudah berseliweran di mana-mana. Lengkap dengan foto dan videonya. 

Pengetahuan Anda tentang hal tersebut, saya pastikan Anda dapatkan dari internet. Dan itu tidak salah, justru kita layak berterimakasih karena dengan adanya internet pengetahuan kita tentang Indonesia semakin luas. Kita juga perlu berterimakasih kepada para penyedia informasi di internet, sebab tanpa mereka kita akan mendapatkan informasi termaksud. 

Saking kayanya negara kita, kita dulu sampai pernah dijajah. Kekayaan alam kita pernah dieksploitasi habis-habisan oleh mereka (ya walaupun kenyataannya sampai sekarang belum habis juga sih). Untuk melancarkan aksi penjajahannya itu, salah satu senjata paling ampuh yang mereka gunakan adalah dengan mengadu domba antar sesama kita. 

Selain itu mereka juga menebarkan fitnah dan kecurigaan, dan (ini yang tak kalah penting) tak lupa mereka juga mengerdilkan pemikiran dan mental para pendahulu kita sampai pada taraf yang sekerdil-kerdilnya.

Untunglah, setelah sekian lama terjajah, kita kemudian bisa merdeka. Setelah para pahlawan kita dengan begitu gagah dan beraninya menyatakan perang kepada penjajah. Mereka bahkan rela mengorbankan harta, benda, bahkan hingga nyawa sekalipun. 

Sampai sini, apakah kita sudah sepakat bahwa musuh nyata kita (dalam kehidupan berbangsa dan bernegara) ini tak lain adalah mereka yang ingin terus menjajah kita, mengambil kekayaan alam kita, memecah belah kita? Kalau kita sudah sepakat, bisa kita lanjutkan.

Untuk sekarang ini, kalau bangsa kita mau dijajah dengan cara seperti dulu, yakni dengan datang  langsung ke Indonesia, saya yakin itu tidak akan mungkin. Karena mereka tahu, kita sudah sedemikian tangguh untuk diperangi secara fisik. Lagipula, itu juga akan melanggar HAM, yang selama ini selalu mereka junjung tinggi dan disepakati dunia. Artinya, segala bentuk penjajahan fisik jelas akan ditentang rakyat internasional. 

Tapi saudaraku, perjuangan kita belumlah selesai. Layaknya seorang petani yang tak henti-hentinya menghalau hama yang menyerang tanamannya sampai masa panen tiba. Perjuangan kita tetap berlanjut, sebab ternyata dunia kita semakin bebas dan tanpa batas. Informasi, barang dagangan, jasa, bahan makanan, narkoba, dan virus bisa menyebar dari satu negara ke negara lain dengan begitu bebasnya, sekeras apapun kita mencoba untuk menyaringnya. Pasar bebas (modal, barang, jasa, informasi) telah menjadi bentuk lain dari penjajahan negara-negara adikuasa.

Pendeknya begini, sebagai bangsa yang (berpotensi menjadi) besar, kaya, dan disayang Tuhan ini, kita terus diincar untuk dapat dikuasai. Mereka tidak ingin Indonesia menjadi besar. Oleh sebab itu, penjajahan harus tetap dilakukan, tetapi dengan cara yang berbeda, terselubung, dan lebih elegan. Dan itulah yang saat ini sedang terjadi.

(Oh iya, ada satu prinsip dasar jika ingin menguasai atau menjajah suatu negara, yakni dengan memecah belah negara tersebut menjadi kelompok-kelompok kecil. Negara yang sudah terpecah belah, tidak bersatu, pasti akan lebih gampang untuk dijajah. Dulu pun begitu. Tapi setelah kita bersatu, toh buktinya kita merdeka juga. Iya kan? Jadi, benar kata pepatah kita, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh").

Sampai di sini, apakah kita masih sepakat bahwa sebagai rakyat Indonesia tetap harus bersatu, terlepas dari persoalan beda suku, bahasa, dan agama? Baik, kalau masih sepakat mari kita lanjutkan. Tetapi kalau Anda sudah tidak sepakat, ya saya akan tetap melanjutkan. 

Sekarang saya ingin mengajak Anda semua untuk berbicara soal penyebaran informasi di era internet seperti sekarang ini. Seperti sudah saya kemukakan di awal, hampir semua orang sekarang sudah bisa menjadi produsen, distributor, sekaligus konsumen informasi. 

Mengingat bahwa penjajahan dan keinginan agar negara Indonesia dapat terpecah belah itu masih ada, maka satu hal mutlak yang juga pasti ada adalah : upaya tersebut dilakukan melalui penyebaran-penyebaran informasi bohong, fitnah, atau hoax. Dan celakanya, di era padat informasi ini kebanyakan dari kita justru tidak menyadari hal itu. Kita senang dengan berita-berita heboh. Kemarahan kita mudah sekali tersulut hanya karena sebuah informasi bohong, yang bahkan berupa foto editan yang sumbernya pun sangat tidak jelas.  

Sederhananya, kalau kita mau jujur mengakui, kita ini sebenarnya gampang sekali dipecah belah hanya dengan sebuah informasi. Apalagi kalau sudah mencatut nama agama atau suku tertentu. Pasti selalu ramai. 

Lantas siapa para penyebar informasi itu? Karena dari tadi kita sepakat bahwa ada pihak-pihak yang menginginkan agar kita ini terpecah belah, maka di sini pun kita berani mengatakan bahwa merekalah pelakunya, orang dari luar rumah kita. 

Tetapi biar bagaimanapun, ruang gerak orang luar di dalam rumah kita pasti tetaplah terbatas. Akan berbeda misalnya jika mereka juga memanfaatkan orang dalam, yakni suadara-saudara kita sendiri.

Maka yang terjadi kemudian adalah : saudara-saudara kita yang hendak mereka jadikan alat tadi, disumpali dengan pemahamanan-pemahanam fanatis, fundamentalis, dan rasis, sehingga dapat dengan mudah untuk menyatakan "perang atau bunuh" meski kepada sesama bangsanya sendiri.

Selanjutnya, melalui media informasi yang ada seperti blog, website, dan media sosial itulah mereka melancarkan aksinya. Mereka membuat berita-berita heboh, mempropaganda, mengadudomba, dan provokatif untuk kemudian disebar ke seluruh rakyat Indonesia yang dalam kesehariannya sangat dekat dengan hape pintar dan internet itu (untuk selanjutnya kita sebut netizen saja). 

Dan celakanya lagi, masih saja ada netizen yang menelan mentah-mentah informasi-informasi semacam itu. Lalu dengan penuh kesadaran yang tinggi, mereka menge-like, berkomentar mengecam, dan tak lupa juga membagikannya kepada teman-temannya. Sehingga semakin banyaklah orang yang terprovokasi dan termakan fitnah.

Jadi, sebenarnya kita pun sering kali turut andil dalam memecah belah bangsa kita sendiri. Energi kita pun banyak terbuang hanya untuk mengurusi dan mengurasi hal-hal semacam itu. Dan itu membuat kita lupa pada agenda-agenda dan langkah nyata bagaimana membangun negara kita sendiri.

Karena itulah, sebagai penutup surat terbuka ini, saya mohon betul kepada para netizen, blogger, youtuber, pengelola portal berita online, dan semua orang yang selama ini hobi banget menyebarkan informas-informasi bohong, fitnah, dan provokatif, tolong berhentilah. Tak peduli Anda beragama apa, berasal dari mana, suku dan rasa apa, dan bagaimana bahasa daerah Anda. Kalau memang Anda semua ingin berbagi sesuatu, tolong bagikanlah misalnya agar saya bisa mendapatkan ikan banyak ketika mancing, bagaimana agar padi-padi di sawah bapak saya tidak terserah hama, agar panen petani di kampung saya bisa meningkat, bagaimana agar para nelayan itu bisa mengolah ikannya sehingga bernilai jual lebih tinggi, dan informasi-informasi lain yang jelas lebih banyak manfaatnya. 

Kalau pun informasi yang ingin Anda sebarkan adalah soal agama, sebarkanlah misalnya tips-tips agar saya ini mudah bangun pagi sehingga saya, juga umat beragama dan bertuhan di Indonesia yang lain, bisa bangun lebih awal untuk kemudian bisa beribadah kepada Tuhannya dan bisa lebih produktif lagi dalam beraktivitas. Sebarkanlah misalnya, kisah-kisah para pemuka agama zaman dahulu dalam bersikap terhadap alam, sesama manusia, terhadap binatang, dan terhadap negaranya.

Saya yakin, jika Anda konsisten menyebarkan informasi-informasi semacam itu, hidup Anda akan jauh lebih bermanfaat. Siapa tahu, dengan begitu Anda kelak bisa masuk surga. Iya kan?

Khusus buat para blogger, pengelola media online, youtuber, okelah saya tahu Anda melakukan semua itu demi meraup dollar dan rupiah dari iklan-iklan yang ada, tapi tolonglah bangsa kita akan menjadi sangat bebal kalau terus-menerus Anda suguhi informasi-informasi macam begitu. 

Maukah Anda, meski misalnya sudah kaya dan punya banyak uang, tapi di kampung atau di wilayah sekitar Anda justru terjadi huru-hara yang berpotensi mengancam keselamatan Anda dan orang-orang yang Anda cintai? Lalu kalau sudah demikian, apa gunanya dollar? Apa guna rupiah? 

Dan khusus buat netizen yang hobinya like, comment, and share, okelah saya tahu Anda melakukan semua itu demi sebuah eksistensi, popularitas, dan anggapan bahwa Anda tidak ketinggalan informasi, religius, simpatik, empatik. Tapi bagaimana jika kemudian, karena informasi-informasi yang Anda sebarkan justru timbul pertengkaran, kegaduhan, dan peperangan yang pada akhirnya tetap akan mengancam keselamatan diri Anda, keluarga Anda, dan orang-orang banyak yang bahkan tidak tahu menahu tentang hal itu? Masih bergunakah segala bentuk pujian dan citra diri itu?


Akhirnya, saya mengajak kepada seluruh produsen, distributor, dan konsumen informasi elektronik di Indonesia, ayo kita letakkan panji merah putih di atas kepentingan pribadi kita. Ayo kita berinternet secara sehat. Ayo kita bersatu tanpa pernah memandang ras, agama, suku, bahasa, dan pandangan hidup. Kita sudah dikaruniai begitu banyak kenikmatan di Indonesia ini, apakah itu semua akan kita sia-siakan begitu saja? Apakah itu semua akan kita serahkan kepada orang luar begitu saja? 

Ayo.. kita songsong Indonesia yang lebih baik.

Salam

Azis
Please write your comments