Kita Masih Punya Harapan, Karena Pengganti Anies Baswedan Bukanlah Puan. - Jurnal Darul Azis

Kita Masih Punya Harapan, Karena Pengganti Anies Baswedan Bukanlah Puan.

Kita Masih Punya Harapan, Karena Pengganti Anies Baswedan Bukanlah Puan.

Saya termasuk orang yang tak menyangka kalau Anies Baswedan bakalan kena kocok. Walaupun memang, dalam politik itu bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Semua hal bisa terjadi dan berubah. Semua menteri, kecuali Puan, bisa kena kocok seiring jalannya arah perpolitikan di bawah kepemimpinan Jokowi dan Megawati. Dan semua orang, termasuk saya, bisa memuncratkan suara untuk merespon pengocokan Kabinet Kerja.

Dalam catatan saya, Anies seperti membawa angin segar dalam dunia pendidikan kita. Anda tentu masih ingat Gerakan "Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah" kemarin bukan? Sampai para ASN pun, khusus hari itu diizinkan oleh Menteri PAN& RB untuk mengantarkan anaknya sampai pukul dua belas. Dalam pandangan Anies, mengantarkan anak di hari pertama sekolah ini sangat penting dilakukan oleh semua orangtua sebagai bentuk partisipasi orangtua dalam mendukung kesuksesan belajar anaknya di sekolah. 

Ini mirip seperti tradisi pesantren. Orangtua turut mengantar langsung anaknya kepada kiai dan memasrahkannya. Termasuk menyilakan untuk menegur dan menghukum jika anaknya berbuat salah. Selain itu, mengantarkan langsung sang anak ke sekolah, terlebih di hari pertama, juga akan menjadi titik awal jalinan komunikasi antara guru dan orangtua/wali murid. Mereka jadi saling mengenal, takzim, dan dekat. Tentu ini akan menjadi sebuah kolaborasi apik yang akan turut memengaruhi proses belajar anak.

Gerakan kedua, yang juga masih lekat dalam ingatan saya adalah pendidikan sebagai gerakan semesta. Virus ini disebarkan oleh Anies selama menjabat sebagai Kemendikbud dan di-buzz oleh para blogger dan penulis di dunia maya. Bahwa pendidikan adalah milik semua pihak; sekolah, guru, orangtua, pesantren, perpustakaan, rumah baca, aktivis, tivi, dan lain sebagainya. Semua orang memiliki tanggungjawab (moral) untuk turut mendidik satu sama lain. Saling asah, asih, asuh.

Anies juga dikenal sangat peduli dengan nasib guru. Berkali-kali ia mengatakan, guru adalah ujung tombak keberhasilan proses belajar siswa di sekolah. Ia terus mendorong agar guru-guru di sekolah dapat menjadi pendidik yang kreatif, luwes, dan dapat menjadi penggali potensi anak untuk kemudian diarahkan. Agar anak dapat mengenal dan menjadi dirinya sendiri dan ke depan tidak lagi salah orientasi. Ini penting, mengingat sampai saat ini banyak sekali generasi muda Indonesia yang bahkan sampai ia kuliah pun, tidak pernah mengerti apa bakat dan kemampuannya. Tak hanya menuntut peningkatan kinerja, Anies juga tengah berupaya meningkatkan kemuliaan guru; menyejahterakan dan memuliakannya. Ini fair menurut saya, dan tidak jahat.

Terhadap dunia literasi, Anies juga mempunyai perhatian besar. Belum lama ini saya mendapat kabar bahwa Kemendikbud akan memberikan bantuan dana dan beasiswa bagi para penulis, guna mendorong mereka agar dapat terus melahirkan karya-karya tulis bermutu. Saya melihat, di media sosial, teman-teman penulis begitu berantusias dan bergembira dengan berita ini.

Tak cuma perhatian terhadap dunia baca-tulis, Anies juga sangat sadar terhadap keniscayaan perkembangan teknologi. Sehingga dalam pidatonya saat memperingati Hardiknas kemarin, Anies juga berpesan agar kita juga mulai memperhatikan literasi sains, literasi teknologi, literasi finansial, dan literasi budaya, untuk menjadi bagian dari laju abad 21 yang demikian dinamis ini.

Dari sini, sebenarnya sudah terlihat dengan sangat jelas apa gebrakan Anies selama menjabat sebagai Mendikbud. Sama yang terakhir itu kemarin, Anies menghapuskan aksi kekerasan, pembodohan, pemerasan dan perpeloncoan berkedok MOS di sekolah-sekolah. Bagi saya itu adalah sebuah prestasi.

Tapi ya demikianlah faktanya. Anies tetap kena kocok. Dan itu sudah terjadi. Boleh sedikit dikecewai, tapi tak perlu terlalu disesali. Karena jarum jam terus berputar,demikian juga dengan bumi. Hari harus terus dilanjutkan dan masa depat tetap harus disongsong. 

Toh penggantinya juga bukan Puan, melainkan kakek kita Muhajjir Effendi. Secara usia beliau lebih tua, tentu asam garam telah banyak dimakannya. 

Jadi, kita masih punya harapan.

Jangan lupa untuk berterimakasih kepada Anies Baswedan dan berucap selamat bekerja kepada kakek kita Muhajjir.

Ingat, kita masih punya harapan. Karena pengganti Anies Baswedan bukanlah Puan.

Jogja, 28 Juli 2016.
Please write your comments