Ternyata Inilah Alasan WhatsApp Tidak Ada Iklannya - Jurnal Darul Azis

Ternyata Inilah Alasan WhatsApp Tidak Ada Iklannya

Ternyata Inilah Alasan WhatsApp Tidak Ada Iklannya


Pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton/www.whatsappfor.org

Siang tadi saya terhenyak dengan sebuah artikel di blog WhatsApp tentang mengapa mereka tidak memasang iklan di aplikasinya. Ini bermula ketika saya menyetel ulang aplikasi Whastapp, setelah dua hari yang lalu hape pintar saya ngeheng. Pada halaman awal WhastApp tertera sebuah link mengapa kami tidak menjual iklan, dan saya pun langsung mengekliknya. Dan inilah alasan-alasan yang diutarakan pendiri Whastapp, Jan Koum dan Brian Acton tentang mengapa mereka tidak menjual iklan, yang menurut saya sungguh merupakan alasan yang sangat mulia.

Di saat aplikasi lain seperti Facebook, Instagram, Twitter, Line, Wechat, dan BBM berlomba-lomba memang iklan, WhatsApp tetap teguh dengan prinsipnya.

Advertising has us chasing cars and clothes, working jobs we hate so we can buy shit we don’t need.
Tyler Durden, Fight Club

Brian dan saya bersama-sama menghabiskan 20 tahun di Yahoo!, bekerja keras untuk memastikan agar situs ini tetap berjalan. Dan ya, kami bekerja keras untuk menjual iklan karena itulah yang Yahoo! lakukan. Yahoo! mengumpulkan data dan menyediakan halaman dan menjual iklan.

Kami menyaksikan bagaimana ukuran dan jangkauan Yahoo! sedikit demi sedikit terkejar oleh Google...yang adalah penjual iklan yang lebih efisien dan menguntungkan. Mereka tahu apa yang Anda telusuri, sehingga mereka bisa mengumpulkan data Anda secara lebih efisien dan menjual iklan yang lebih tepat.

Sekarang ini, perusahaan-perusahaan mengetahui segala sesuatu tentang diri Anda, teman Anda, minat Anda, dan mereka menggunakan semua data itu untuk menjual iklan.

Tiga tahun yang lalu, ketika kami duduk bersama dan memulai semua hal yang kami lakukan, kami ingin membuat sesuatu yang bukan sekedar penjual iklan. Kami ingin menghabiskan waktu kami membangun sebuah layanan yang diinginkan orang karena layanan ini berguna dan membantu menghemat uang serta membuat hidup mereka lebih baik dalam skala kecil. Kami tahu bahwa kami dapat mengenakan biaya secara langsung kepada pengguna jika kami bisa melakukan semua itu. (Tetapi, Ed) kami (juga, Ed) tahu bahwa kami bisa melakukan apa yang sebagian besar orang ingin lakukan setiap hari: menghindari iklan.

Tidak ada orang yang bangun tidur bersemangat untuk melihat lebih banyak iklan, tidak ada orang yang pergi tidur sambil berpikir tentang iklan yang akan mereka lihat keesokan harinya. Kami tahu bahwa orang pergi tidur dengan perasaan senang karena mengingat orang-orang yang mereka ajak bicara hari itu (dan juga merasa kecewa memikirkan orang-orang yang tidak mereka ajak bicara). Kami ingin WhatsApp menjadi produk yang menjadikan Anda tetap terjaga... dan produk yang Anda cari di pagi hari. (Sekali lagi, Ed) Tidak ada orang yang bangun dari tidur untuk cepat-cepat melihat iklan.

Iklan tidak hanya mengganggu estetika, menghina kecerdasan Anda, dan memutuskan rangkaian pemikiran Anda. Di setiap perusahaan yang menjual iklan, sebagian besar dari tim insinyur mereka menghabiskan hari untuk menyempurnakan cara-cara menggali data, menulis kode program yang lebih baik untuk mengumpulkan semua data pribadi Anda, meningkatkan server agar mampu menampung semua data itu dan memastikan bahwa semuanya sudah dicatat, disusun, diiris, dikemas dan dikirimkan... Dan pada akhirnya, hasil dari semua itu adalah sebuah spanduk iklan yang sedikit berbeda pada browser Anda atau pada layar telepon Anda.

Harap diingat, ketika iklan dilibatkan maka Anda sebagai pengguna adalah produknya.

Di WhatsApp, insinyur kami menghabiskan waktu mereka memperbaiki bug, menambahkan berbagai fitur baru, dan menyempurnakan semua pernak-pernik rumit dalam tugas kami untuk menyajikan sebuah aplikasi pesan yang kaya fungsi, terjangkau, dan dapat diandalkan bagi setiap telepon di seluruh dunia. Itulah produk kami dan itulah semangat kami. Data Anda tidak sedikit pun ada di dalam gambar. Kami tidak tertarik dengan semua itu.

Saat orang bertanya kepada kami mengapa kami mengenakan biaya untuk WhatsApp, kami menjawab, "Sudahkah Anda mempertimbangkan alternatifnya?"
18 Juni 2012


Mari sedikit kita ulas terkait narasi alasan di atas. Saya telah menandai poin-poinnya dengan mencetak tebal beberapa kalimatnya.

Pertama, soal karir mereka di Yahoo! selama 20 tahun. Selama bekerja di Yahoo!, untuk memastikan situs tersebut terus bertahan dan berjalan, setiap hari mereka harus menjual iklan dan terus-menerus mengumpulkan data penggunanya. Hingga kemudian, mereka menjadi saksi tersainginya Yahoo! oleh Google yang notabene lebih menguasai data penggunanya. Disebutkan, bahwa Google tahu apa yang ditelusuri oleh penggunanya dan mereka dapat dengan mudah mengetahui data-datanya, maka dengan demikian Google akan dengan mudah menyediakan iklan bagi para penggunanya. Dari sini kita tahu, bahwa ternyata data tentang kita telah diketahui oleh Google dan perusahaan besar lain untuk kemudian mereka gunakan sebagai bahan/dasar penjualan atau pemasangan iklan. Karena Google tahu apa yang sedang kita butuhkan--dan kita cari setiap hari.

Kedua, soal visi mulia para pendiri WhatsApp, yakni bukan sebagai penjual iklan. Melainkan mereka ingin membangun sebuah layanan yang berguna dan membantu menghemat uang serta membuat hidup para penggunanya lebih baik, bahkan  dalam skala kecil. Mereka paham sekali, bahwa pada dasarnya semua orang tidak suka dengan iklan dan memilih untuk menghindari iklan. Sebagaimana kata mereka,
Kami tahu bahwa kami bisa melakukan apa yang sebagian besar orang ingin lakukan setiap hari: menghindari iklan.
Para pendiri WhatsApp menginginkan obrolan yang berkualitas antar penggunanya. Mereka ingin penggunanya senantiasa menjaga tali silaturahmi antar teman. Tetap terhubung satu sama lain. Tetap berkomunikasi satu dengan yang lain. Sungguh mulia sekali, bukan? Sebagaimana katakan sebagai berikut :
Kami tahu bahwa orang pergi tidur dengan perasaan senang karena mengingat orang-orang yang mereka ajak bicara hari itu (dan juga merasa kecewa memikirkan orang-orang yang tidak mereka ajak bicara)
Ketiga, menurut para pendiri WhatsApp, iklan dapat mengganggu estetika dan menghina kecerdasan kita. Iya sih memang. Seperti misalnya, iklan celana yang harganya Rp.2000.000,- diskon 90 persen sehingga harganya menjadi Rp.180.000. Ini kan sama saja dengan pembodohan. Dikiranya pengguna tidak tahu kalau memang segitulah harga celana tersebut--atau bahkan lebih murah.

Keempat, karena itulah WhatsApp dan semangat para pendirinya : tidak menjual iklan. Karena itulah pembeda WhatsApp dengan aplikasi lainnya : tidak beriklan. Bahkan tidak cuma itu saja, WhatsApp juga tidak butuh data-data para penggunanya. Sebagaimana kutipan berikut : 
Data Anda tidak sedikit pun ada di dalam gambar. Kami tidak tertarik dengan semua itu.
Itulah mengapa pada aplikasi ini terdapat kode keamanan yang menjamin kerahasiaan percakapan para penggunanya--yang bahkan WhatsApp sendiri pun tidak tahu isi percakapan kita. Waw.. emejing bukan?

Perlu pembaca ketahui, setelah membaca narasi alasan tersebut, saya jadi semakin respect sama WhatsApp, dan berjanji akan selalu menggunakannya.

Bagaimana dengan Anda?

Please write your comments