Berbahagia Bersama Info Cegatan Jogja - Jurnal Darul Azis

Berbahagia Bersama Info Cegatan Jogja

Berbahagia Bersama Info Cegatan Jogja

Ilustrasi Info Cegatan Jogja


Seseorang hendak membeli jenset secara online dari Tangerang. Oleh si penjual ia diminta untuk transfer sejumlah uang sebagai uang muka dan barang akan dikirimkan sore itu juga. Untuk meyakinkan calon pembelinya tersebut, si penjual juga telah mengirimkan foto KTP istri dan anak angkatnya.

Mungkin karena merasa belum yakin, ia pun kemudian bertanya di grup Info Cegatan Jogja (ICJ) dengan menyertakan tangkapan layar percakapan antarkeduanya, memastikan apakah itu penipuan atau bukan? 

Logo Grup Facebook Info Cegatan Jogja
Logo Grup Facebook Info Cegatan Jogja/ via Facebook.com

Tak butuh waktu lama, komentar dan like pun berdatangan. Ada yang hanya berkomentar  dengan kata ‘up’, 'nyimak', atau ‘umbulke’ agar kiriman tersebut bisa makin populer.

Baca juga : ICJ dan Kisah Pertemuan Dua Sahabat Lama yang Terputus Kontak Selama 30-an Tahun

Namun banyak pula anggota grup yang memberi saran dan penjelasan panjang. Intinya, banyak yang menyarankan agar rencana pembelian dibatalkan saja karena terindikasi ada unsur penipuan.

Sekilas terkesan sederhana dan remeh memang. Namun bayangkan jika orang tersebut tidak berembug dulu di grup ICJ, dan kemudian benar-benar tertipu! Uang hilang barang pun tak dapat.

Bayangkan pula jika yang kemudian tertipu itu adalah kerabat Anda, atau bahkan Anda sendiri! Pasti menyesal bukan kepalang.

Itu hanya satu dari beragam persoalan yang dirembug di ICJ. Selebihnya, mungkin sudah ada ribuan persoalan yang telah terselesaikan atau setidaknya mencuat ke publik, berkat rembug dan interaksi yang dilakukan olah para anggota grup, menyusul kemudian pemberitaan oleh media online.  

Persoalan-persoalan yang dirembug umumnya seputar lalu lintas, birokrasi, utang-piutang, kriminal, berita kehilangan, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Banyaknya anggota grup membuat setiap kiriman selalu memperoleh respon cepat atau bahkan menjadi viral.

Sampai artikel ini ditulis Grup Facebook ICJ sudah memiliki 451, 143 ribu anggota dan setiap hari permintaan menjadi anggota terus bertambah.

Namun mereka tampaknya harus bersabar, karena persetujuan bergabung hanya diproses seminggu sekali (Minggu malam atau Senin pagi). 

Bisa dikatakan grup Facebook yang digagas oleh Yantro Sumantri atau yang akrab dipanggil Antok ini merupakan wahana interaktif warga Jogja di media sosial.

Melalui ICJ, Anda yang ingin mengeluhkan pelayanan publik bisa segera menyampaikannya, dengan bahasa yang sederhana dan semampunya. 

Melalui ICJ,  Anda yang kehabisan bensin, kebanan, pulang kemalaman dan tidak berani pulang, bisa menyampaikan permintaan tolong agar anggota grup terdekat bisa segera memberikan pertolongan. Semua dilakukan atas dasar sukarela dan tolong-menolong antarsesama warga Yogya.

Melalui ICJ, Anda yang kehilangan barang karena terjatuh, bisa mengumumkannya di sana. Dan insya allah, jika yang menemukan barang tersebut adalah anggota grup, barang Anda akan dikembalikan tanpa mengharap imbalan apa pun.

Atau kalaupun barang tersebut tidak kembali, Anda akan panen doa, dukungan, dan bahkan solusi dari anggota grup.

Namun tak hanya sebatas itu. ICJ kini tak hanya menjadi media informasi tetapi juga menjadi media cangkrukan masyarakat Jogja di era digital ini.

Karena kerap kali postingan atau komentar-komentar mereka dalam setiap postingan diwarnai dengan guyonan khas masyarakat Yogyakarta.

Ndagel tenan pokoknya. Membaca postingan dan komentar-komentar di ICJ, sering kali membuat saya gayeng (larut) dan tertawa sendiri.

Kadang tak cukup dengan itu, saya pun tak kuasa untuk tidak menskrisut percakapan tersebut untuk kemudian saya bagikan kepada teman-teman.

Dan ternyata mereka juga turut tertawa. Ini artinya, kelucuan masyarakat Jogja di ICJ benar-benar nyata. Bukan hanya penilaian subjektif saya semata.

Wal akhir, di grup Facebook ini kita akan bisa melihat potret wajah masyarakat Yogyakarta yang sesungguhnya;  yang bersahaja, guyub, ndagel (lucu), dan berjiwa sosial tinggi.

Dan bukankah kebersahajaan, keguyuban, kelucuan, dan jiwa sosial yang tinggi itulah sebenarnya bisa membuat kita bahagia? 

Salam Aspal Gronjal! 

(Tulisan versi seriusnya telah dimuat di kolom "Pojok Digital" Skh. Kedaulatan Rakyat edisi 9 Maret 2016, hal.16)



Please write your comments