Sebuah Cerita Tentang Ia dan Calon Penggantinya - Jurnal Darul Azis

Sebuah Cerita Tentang Ia dan Calon Penggantinya

Sebuah Cerita Tentang Ia dan Calon Penggantinya


Akhir-akhir ini, kata "ganti" semakin ngepop di telinga kita. Nyaris tiap hari kita akan menemukannya, apalagi di media sosial. Ini lantaran kita sudah semakin dekat dengan momen Pippres yang sedianya akan digelar pada 17 April 2019 mendatang. 

Tapi tenang. Tulisan ini tak hendak membahas helatan Pilpres tersebut. Lain daripada itu, aku hanya ingin berbagi sebuah cerita ihwal "ganti" itu sendiri, dalam kehidupanku, dalam pengertian yang sederhana dan makna yang sebenarnya.

***

Begini, bagiku soal ganti-mengganti ini sebenarnya sederhana saja. Ia hanya membutuhkan alasan praktis dan realistis. Ini sudah kuterapkan sejak dulu. 

Dalam kehidupan sehari-hari, aku hanya akan ganti barang apabila ia sudah bena-benar tidak bisa dipertahankan atau dipergunakan.

Yakni apabila kondisi barang sudah rusak parah, tidak layak pakai, tidak aman, dan tidak praktis pemakaiannya. 

Atau, jika barang tersebut memiliki arti khusus bagi diri, maka penggantiannya tak lain karena rasa sayang dan cinta kepadanya. Agar ia tetap terjaga, eksis, hingga entah kapan waktunya. 

Aku yakin, prinsip semacam ini juga dipakai oleh banyak orang. Karena hal tersebut memang pilihan paling masuk akal dan sehat. Kecuali bagi mereka yang memang memiliki hobi bergonta-ganti perangkat, kolektor, atau mereka yang memang punya duit banyak untuk sering-sering membeli barang-barang baru. 

Pada prinsipnya, bagi orang biasa sepertiku, ganti barang selalu menyangkut urgensi dan kebutuhan.

Seperti tahun ini, di mana ada beberapa rencana kerja dan tanggungjawab besar yang sudah menanti dan harus kuselesaikan sebelum 2018 berakhir. 

Dua di antaranya ialah melakukan penelitian untuk penyusunan tesis, seraya terus menghasilkan konten blog dan memasarkan koleksi lukisan kenalan saya melalui situsweb.

Dua pekerjaan tersebut sangat besar artinya bagiku, karena menyangkut integritas sebagai penerima bantuan pendidikan dari negara dan sebagai seorang blogger.

Dan untuk itu pulalah, aku sangat membutuhkan laptop baru. Mempergunakan laptop lama sebetulnya masih bisa, tapi kalau melihat kondisinya sekarang, aku tahu aku akan banyak mengalami kesulitan. Baiklah, agaknya aku perlu menceritakan sedikit tentangnya.

Si Tangguh yang Setia dan Berjasa


Ia sudah menemaniku selama 6 tahun. Selama bersamaku, ia tak pernah terlalu rewel, ngambek, apalagi marah parah. Ia sangat bersahabat, sebab aku selalu merawatnya dengan baik.

Ia juga terbilang sangat tangguh. Sudah kuajak ia ke mana-mana, untuk acara apa saja mulai dari urusan organisasi, perkuliahan, hingga pekerjaan. Pernah pula ia terjatuh karena tersenggol teman, namun nyatanya ia tidak apa-apa. Tetap sehat. Tetap kuat.

Ia sudah membantuku menghasilkan ratusan karya tulisan. Mulai dari artikel pendek dan opini untuk dikirim ke koran-koran yang alhmdulillah sebagian besarnya dimuat, esai panjang untuk dilombakan dan sebagian di antaranya dapat tampil sebagai pemenang, hingga sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dan diganjar nilai A oleh dosen penguji serta mengantarkanku menjadi seorang sarjana.

Singkatnya, ia telah menjadi saksi sekaligus sahabat setia perjalananku menapaki karir sebagai seorang penulis, blogger, yang kini masih merengkuh ilmu di sebuah kampus di bilangan Bulak Sumur atau yang biasa dikenal sebagai Kampus Biru. 

Sungguh! Jasanya, dedikasinya, dan kesetiaannya tak ternilai oleh hitung-hitungan ekonomis semata. Sangat banyak yang sudah kami hasilkan secara bersama-sama. 

Ia Tampak Lelah

Di dunia ini, segala sesuatu akan selalu dibatasi waktu dan daya. Itu sesuatu hal yang mutlak dan alamiah. Manusia, binatang, tumbuhan, dan barang-barang milik kita tak akan dapat terus-menerus bekerja. Mereka akan sampai pada masa istirahat setelah bekerja sepanjang waktu. 

Begitu juga dengannya. Kini daya tahan dan tenaganya telah menurun. Itu pun, sebetulnya bukan murni kesalahannya, melainkan karena aku saja yang ceroboh. Yakni terus-menerus menjejalinya dengan arus tenaga, padahal peritnya sidah penuh. Aku sering tertidur, sementara ia masih dalam kondisi terjaga dan terisi daya.

Sampai akhirnya, ia memberikan reaksi atas kelalaianku itu. Ruang penyimpanan dayanya jadi cepat melemah dan lalu sering mati mendadak. 

Itu sedikit merepotkanku, dan tidak praktis tentu saja, karena ke mana-mana aku harus memboyong charger dan terminal, untuk berjaga-jaga jika terminal yang akan kupakai penuh oleh charger juga. 

Dialah AsusK43U-ku 2012. Yang sudah menemaniku selama 6 tahun dengan penuh kesetiaan. Dengan penuh cinta. Selama 6 tahun itu pula, mungkin ia telah sangat memorsir tenaganya. Oh, bukan. Lebih tepatnya aku yang terlalu memorsir tenaganya. 

Dan kini, ia sudah tampak tua dan lelah. Setiap kali aku menatapnya ketika ia tidur, seketika muncul rasa kasihanku padanya. Aku iba.

(Aih, maaf! Membicarakannya, membuatku jadi emosional).

Tapi benar juga. Barangkali memang ia sudah harus beristirahat. Atau setidaknya, hanya mengerjakan hal-hal kecil saja, agar eksistensi dan harga dirinya masih tetap terjaga, sampai ia benar-benar istirahat untuk selama-lamanya, dengan penuh kedamaian.

Lantas, jika demikian, bagaimana denganku? 

Sampai sekarang, aku masih seorang penulis, blogger. Aku juga masih ingin eksis. Harga diriku sebagai seorang penulis konten blog akan hilang secara perlahan jika aku berhenti membuat konten blog. 

Atau, aku akan tenggelam lalu hilang tanpa diingat oleh seorang pun, karena aku tak mampu beradaptasi dengan perubahan. Karena saat ini, ngeblog bukan hanya soal menulis, tapi juga harus menampilkan konten visual yang lebih menarik mata dan mengikat ingatan. 

Tetap Asus, Ganti VivobookTP410

Mengingat adanya tanggungjawab besar dan kondisi AsusK43U-ku yang sudah harus beristirahat, maka tidak bisa tidak, aku harus ganti laptop baru. 

Soal merek, aku tetap ingin punya laptop Asus. Agar AsusK43Uku tidak merasa kukhianati, di samping memang aku tak ingin berkhianat. Malah ia pasti akan sangat senang, jika aku mendapatkan laptop pengganti yang lebih prima, seperti VivobookTP410 misalnya.

Asus Laptopku
Vivobook TP 410 tampak dari depan, sudah terinstall Windows 10. Terlihat sangat powerfull.


Laptop ini pantas kupilih karena sangat sesuai dengan daftar kebutuhanku berikut ini: 

1. Ringan dan bisa diajak ke mana-mana agar aku makin produktif setiap hari

Dalam penelitian tesisku, aku akan mengulik kehidupan para blogger muda di DIY. Dengan demikian, aku akan banyak menemui blogger Jogja sebagai informan. 

Bagi yang paham kehidupan para blogger pasti tahu kalau mereka ini bisa ada di mana-mana. Menghadiri acara ini dan itu. Ngeblog di Co-Working Space A atau di kafe B. Mobile terus dah pokoknya. Dan tentu aku yang harus menyesuaikan dengan mereka, bahkan jika harus menemui dari satu titik ke titik yang lain sekalipun.

Itulah mengapa aku ingin punya VivobookTP410. Berat perangkat ini cuma 1.6kg, yang membuatnya menjadi  salah satu laptop convertible 14 inci yang paling gampang dicengkiwing sambil berlarian ke sana kemari dan tertawa. 

Ha kalau cuma segitu, mau ngelilingin Jogja seharian sambil menggendongnya, mbok ayo! Aku kuat! Aku wani! 

2. Memiliki ruang penyimpanan yang besar

Guna menunjang pengerjaan tesis, jelas sekali aku akan membutuhkan banyak data, baik berupa foto, audio, dokumen, hingga video. Terlebih jika ditambah dengan pekerjaan memasarkan lukisan, aku jelas harus menyimpan foto-foto beresolusi tinggi agar menarik ketika dipasang di web. 

VivobookTP410 memiliki ruang penyimpanan HDD 1TB. Laptop ini juga dipasangi prosesor Intel Core i7 generasi ke 7 dengan memori 16GB dan grafis diskrit NVIDIA GeForce 930MX. 

Dengan spesifikasi itu, rasanya aku bukan cuma akan bisa menyimpan banyak data serta menghasilkan konten blog yang ciamik, tapi juga bisa membikin presentasi yang menarik untuk aku presentasi hasil penelitian.

Biar dosennya terpesona dengan grafis yang kuampilkan, terus autokagum dan ngasih nilai A. Wqwq~


3. Bisa mengisi kekuranganku

Tadi sudah kuceritakan, laptop lamaku rusak baterainya karena sering kutinggal tidur dalam keadaan ter-charger. Itulah salah satu kekuranganku, kalau sudah lelah dan ngantuk berat bisa cepat sekali tidur dan melupakan segalanya.

Laptop VivobookTP410 dilengkapi dengan teknologi ASUS Battery Health Charging. Teknologi ini seakan memang diciptakan untuk orang-orang sepertiku. Dengan teknologi ini, aku jadi bisa mengatur batas pengecasan, misalnya apakah hingga 60%, 80% atau 100%. 

Daya tahan baterai laptop ini yang bisa sampai seharian juga dapat menjadi solusi bagiku yang sering kali melupakan sesuatu apabila sedang buru-buru. Jadi kalau pas charger ketinggalan, aku tak perlu bolak-balik lagi dan berjibaku dengan kemacetan Jogja yang semakin meningkat.

Masih banyak keunggulan laptop VivobookTP410 ini, dibanding laptop lain yang sekelas dan seharga dengannya. Teknologi sensor ultra akurat dan sidik jari Windows Hello sehingga proses log in hanya butuh beberapa detik saja, tampilan yang memanjakan mata, audio yang ramah telinga karena teknologi Asus SonicMaster, serta windows 10 yang sudah terinstal pada laptop ini menjadikan ia satu-satunya calon pengganti terbaik bagi ASUS K43U-ku.

Sebagai penutup, mari kita lihat cara Vivobook TP410 merayuku dalam infografis berikut.



Asus Laptopku Blogging Competition by uniekkaswarganti.com




Please write your comments