Kali ini saya juga tak mau ketinggalan hangatnya isu di media terkait kondom. Pekan ini Kementerian Kesehatan, lembaga sosial peduli Aids dan salah satu produsen kondom menggelar aksi Pekan Kondom Nasional dengan membagi-bagikan kondom secara gratis. Aksi bagi-bagi kondom pertama dilaksanakan di lingkungan kampus UGM. Lucunya, dalam pembagian kondom justru melibatkan mahasiswa sebagai pelaku dan sebagai objek. Lah.... mahasiswa (lajang) kok dikasih kondom? Buat apa coba?
Generasi mudah yang mendapatkan kondom gratis, selama masih dibentengi oleh keimanan dan moral yang baik, mungkin akan membuang kondom tersebut. Mubadzir bukan?
Nah.. gimana kalau yang menerima kondom tersebut mereka yang tidak dilindungi oleh benteng moral dan pengetahuan agama yang kuat?
Bisa dipastikan, kondom tersebut akan disalahgunakan. Selebihnya saya tak mau terlalu jauh menjelaskan.
Memperingati hari AIDS sedunia kenapa harus dengan membagikan kondom? Memang ini bagian dari pencegahan penyebaran penyakit AIDS, tapi alangkah Pragmatis sekali langkah pemerintah kita. Aksi ini adalah bukti pemerintah kita tak mau susah, bagi-bagi kondom, selesai sudah.
Yang seharusnya kita pikirkan adalah bagaimana masyarakat tahu dan paham apa itu AIDS, apa bahayanya, bagaimana cara penularannnya, bukan cuma membagikan kondom gratis. SUMPAH.. PRAGMATIS, MAUNYA INSTAN.
Di luar sana, masih banyak masyarakat yang sama sekali buta terhadap AIDS, mereka terjangkit karena mereka tidak tahu, maka dari itulah KITA YANG TAHU MEMILIKI KEWAJIBAN UNTUK MEMBERITAHU, BUKAN MEMBERI KONDOM.
Saya tak bisa menulis lebih banyak, karena perasaan saya justru membuncah menghadirkan amarah.
Sebagai refleksi ummat, saya mempertanyakan peran AGAMA dan CINTA bagi pencegahan penyebaran AIDS. Kedua hal tersebut sebenarnya besar sekali pengaruhnya, orang yang beragama dengan secara benar akan sangat kecil kemungkinannya untuk melakukan seks bebas. Orang yang benar-benar mencintai pasangannya, tentu pula tak akan melakukan seks bebas dengan yang bukan pasangan yang dicintainya.