Tak lama lagi kita akan segera meninggalkan tahun 2014 dan beranjak menuju tahun 2015. Sebagaimana telah kita rasakan selama ini, tahun 2014 cenderung didominasi oleh peristiwa politik : kampanye, pemilu Legislatif (Pileg), Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), revisi Undang-undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3), pemilihan pimpinan MPR, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019, pembentukan Kabinet Kerja sampai munculnya Pimpinan DPR tandingan, Munas Golkar tandingan, dan Gubernur DKI Jakarta tandingan. Dengan demikian, tepatlah kiranya jika tahun 2014 kita sebut sebagai tahun politik.
Lantas setelah beranjak dari tahun politik, ke mana lagi orientasi bangsa kita selanjutnya? Di tahun 2015 nanti perhelatan akbar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan dimulai, dengan demikian sebenarnya kita tengah memasuki tahun ekonomi. Perekonomian negara-negara ASEAN akan terintegrasi dengan tujuan utama untuk menciptakan daya saing dan peran aktif negara-negara ASEAN dalam ekonomi global. Sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan tersebut, MEA 2015 hendak menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas.
Dengan dimulainya MEA 2015 ini, berbagai peluang pun semakin terbuka lebar bagi Indonesia, seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar; penyerapan tenaga kerja; menarik investor; peningkatan daya saing industri dalam negeri; peningkatan daya tawar sektor jasa terutama di bidang pariwisata; dan peningkatan ekspor ke negara-negara intra-ASEAN yang selama ini cenderung masih rendah.
Namun bukan hanya peluang, Indonesia juga dihadapkan pada banyak tantangan menyongsong dimulainya MEA di tahun 2015 nanti. Tantangan-tantangan yang masih harus dihadapi Indonesia di antaranya : peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi, dunia usaha, profesional, dan di dunia pendidikan; penguatan usaha mikro kecil menengah yang selama ini seolah berjalan sendiri tanpa momonganpemerintah; perluasan kemitraan antara sektor publik dan swasta; menciptakan iklim usaha yang kondusif dan murah; penyediaan permodalan secara lebih luas; serta pembangunan infrastruktur pendukung seperti transportasi, komunikasi, dan sarana penunjang lainnya.
Resolusi
Tantangan tersebut hendaknya menjadi resolusi pemerintah dalam menyambut datangnya tahun ekonomi. Karena jika tidak, daya saing Indonesia akan terus melemah seiring semakin padatnya arus lalu lintas perekonomian dunia. MEA 2015 benar-benar menuntut setiap negara untuk bertindak lebih cepat, responsif, dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap persaingan antar negara kawasan maupun antar negara di dunia.
Dengan demikian langkah mendesak yang harus segera diupayakan pemerintah saat ini adalah mendesain ulang pola peningkatan kuantitas dan kualitas SDM sehingga dapat bersaing di kancah ASEAN; meningkatkan pembinaan terhadap UMKM baik dari segi permodalan, peningkatan kapasitas dan kualitas produksi, pematenan hak kekayaan intelektual, sampai strategi pemasaran; memangkas alur birokrasi yang berbelit bagi investor; pembangunan sarana dan prasarana yang merata; mengalokasikan investasi di daerah-daerah tertinggal; menjamin kekondusifan dan keamanan usaha; memperluas pelayanan jasa terutama di bidang pariwisata; serta komitmen terhadap pembangunan perekonomian di sektor maritim dan pertanian. Harapan besarnya, Indonesia dengan segenap potensi dan kekayaan yang dimiliki dapat menjadi pemegang kendali perekonomian di kawasan ASEAN dan di kancah global.