Ilustrasi oleh web ini |
1. Mengembangkan Kecerdasan Fisik (Physical Intelengence)
Kecerdasan fisik (Physical Intelegence) sangat dipengaruhi oleh kondisi pikiran, hati, dan jiwa kita. Apabila jiwa kita bisa menundukkan tubuh –yakni membuat selera dan nafsu kita tunduk terhadap nurani- kita akan menjadi tuan bagi diri kita. Orang yang hidupnya hanya ditentukan oleh selera dan nafsu, bukan oleh nurani, tidak akan bisa mendarmabaktikan diri mereka.
Cara orang Yunani merumuskan penguasaan diri sendiri dalam hidup –“kenali dirimu, kendalikan dirimu, berikan dirimu”-merupakan urutan yang luar biasa. Stephen R Covey (2005 : 496) berpendapat, ada tiga cara fundamental untuk mengembangkan kecerdasan fisik kita. Pertama, nutrisi/gizi yang bijaksana; kedua, olahraga yang seimbang dan teratur; ketiga, istirahat yang cukup, relaksasi, manajemen stres, dan pola pikir pencegahan.
Tiga cara ini telah dimengerti secara luas dan diterima oleh sebagian besar orang di dunia. Tetapi sayang, hal yang mempraktikannya sangat jarang, apalagi tiga-tiganya sekaligus. Jim Loehr dan Tony Schwartz menekankan dalam buku mereka, The Power of Full Engangement, bahwa kunci mencapai kinerja tinggi dan pembaruan diri adalah mengelola energi, bukan mengelola waktu. Walau amat menghargai waktu, mereka berpendapat bahwa kriteria tertinggi yang perlu dipakai dalam mengelola waktu adalah bagaimana kita mengelola energi tubuh. Dengan mempelajari alam dan hukum alam yang mengatur kehidupan kemanusiaan, mereka menekankan pentingnya menghargai siklus antara aktivitas/kerja dan istirahat/pemulihan tenaga. Mereka menggunakan pendekatan pribadi utuh : tubuh, pikiran, hati, dan jiwa. Mereka berfokus pada pentingnya kebiasaan, yang mereka sebut sebagai ritual, untuk meningkatkan energi dan kemampuan kita untuk memberikan hasil yang diinginkan.
2. Mengembangkan Kecerdasan Mental (Intelectual Intelegence)
Menurut Stephen R Covey juga berpendapat, ada tiga jalan untuk mengembangkan IQ atau kapasitas mental : Pertama, pembelajaran dan pendidikan yang sistematis dan berdisiplin, termasuk belajar hal-hal baru di luar bidang yang telah kita ketahui; Kedua, menumbuhkan kesadaran diri sehingga kita bia sadar terhadap asumsi-asumsi kita sendiri dan berpikir “di luar kota” dan di luar zona nyaman; Ketiga, belajar dengan cara mengajar dan melakukannya.
3. Mengembangkan Kecerdasan Emosional(Emosional Intelegence)
Lima komponen utama kecerdasan emosional yang telah umum diterima adalah : Pertama, kesadaran diri, yakni kemampuan untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri, menumbuhkan pengetahuan mengenai diri sendiri, dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk memperbaiki diri, serta untuk mengatasi kelemahan; kedua, motivasi pribadi, yakni yang berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu semangat seseorang –visi, nilai-nilai, tujuan, harapan, hasrat, dan gairah yang menjadi prioritas-prioritas mereka; ketiga, pengaturan diri, atau kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu mencapai visi dan nilai-nilai pribadi; keempat, empati, kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan berbagai hal; dan kelima, kemampuan sosial dan komunikasi, yakni yang berkaitan dengan bagaimana cara mengatasi perbedaan, memecahkan masalah, menghasilkan solusi-solusi kreatif, dan berinteraksi secara optimal untuk mengejar tujuan-tujuan bersama.
Covey berpendapat ada setidaknya 7 (tujuh) kebiasaan efektif guna mengembangkan kemampuan emosional kita. Pertama, jadilah proaktif, kebiasaan ini didasari oleh prinsip tanggungjawab dan inisiatif dari dalam diri sendiri. Kedua, kebiasaan memulai dengan tujuan akhir, kebiaasaan ini didasari oleh nilai-nilai atau visi awal yang ingin kita raih. Ketiga, kebiasaan mendahulukan yang utama, yang dapat didasari oleh prinsip integritas dan urgensi pelaksanaan. Keempat, kebiasaan berpikir menang-menang, kebiasaan ini harus didasari oleh prinsip saling menghargai dan untuk kemanfaatan bersama. Kelima, kebiasaan berusaha memahami dulu, kemudian berusaha dipahami. Dalam membiasakan kebiasaan ini, prinsip dasar yang harus dipegang teguh adalah satu, yakni saling memahami. Keenam, kebiasaan mewujudkan sinergi. Kebiasaan ini didasari oleh prinsip kerja sama kreatif kita dengan orang-orang di sekeliling kita (tempat kerja). Dan yang terakhir adalah kebiasaan mengasah gergaji, yang didasari oleh prinsip pembaruan-pembaruan terutama soal pengetahuan dan wawasan.
4. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegence)
Ada tiga cara yang menurut Covey dapat menjadi upaya efektif untuk mengembangkan kecerdasan spiritual, yakni : Pertama, integritas atau menyatu dengan nilai-nilai, keyakinan, dan nurani tertinggi seseorang, dan membentuk hubungan dengan Tuhan Yang Maha Tak Terbatas; Kedua, makna, yakni memiiki keinginan untuk memberikan kontribusi terhadap orang lain dan pada tujuan-tujuan yang bermakna; dan ketiga, suara –menyelaraskan pekerjaan kita dengan bakar atau anugerah unik kita, dan tentu saja panggilan diri kita.
Dirangkum dari Buku The 8th Habit Melampau Efektifitas, Menggapai Keagungan, bagian lampiran 1 : mengembangkan 4 (empat kecerdasan manusia), Stephen R Covey, 2005 : 495-526.