Harga gorengan di Yogya saat ini masih terbilang murah. Di burjoan dan angkringan, masih ada yang menjual dengan harga Rp500,-. Tapi khusus untuk tempe goreng, sering kali setipis kartu ATM, tebal di tepung doang. Gakpapa, toh tempenya tetap terasa wkwk. Lagian harganya cuma lima ratusan. Di beberapa tempat yang khusus menjual gorengan, ada yang menjual dengan harga 2000 untuk 3 biji, tapi ukurannya agak lebih besar.
Mungkin karena harganya yang relatif murah dan terjanhkau oleh semua kalangan itulah, orang Indonesia umumnya sangat menyukai gorengan. Gorengan kerap menjadi makanan pembuka puasa (sarapan), lauk, atau kudapan di kala ada acara rapat.
Tapi makna kata "gorengan" tidak hanya merujuk pada makanan yang telah digoreng semacam tempe, tahu, bakwan, sukun, singkong, ataupun yang lainnya. Dalam percakapan banyolan, gorengan juga merujuk pada alat utama untuk menggoreng (wajan). Ini biasanya diucapkan ketika seseorang menanyakan "gorengannya mana?", maka jawaban yang akan keluar biasanya adalah, "di dapur", yang maksudnya adalah wajan.
Sekarang kata "gorengan" semakin luas maknanya, tidak hanya merujuk pada makanan dan wajan melainkan pada sebuah isu ideologi, politik, ekonomi, agama, sosial, dan budaya yang telah diolah sedemikian rupa untuk kepentingan tertentu.
Sebagaimana gorengan yang berbentuk makanan, orang Indonesia agaknya juga sangat menyukai gorengan yang saya sebut terakhir.