Ilustrasi/artonline |
[UPDATE] Dikarenakan semakin populernya artikel ini, maka demi kepuasan pembaca sekalian, postingan saya yang setelah saya baca kembali ternyata sangat acakadul itu, mau tak mau harus saya edit. Perlu pembaca ketahui, bahwa sebenarnya postingan saya ini tak lebih dari sekadar pengingat untuk diri sendiri. Cuma curhatan. Hanya penyampaian suara hati nurani.
Baiklah, kita langsung saja ke TKP.
Ketika saya berselancar di internet, tak jarang saya menemukan blog-blog berisi informasi-informasi heboh dan cenderung nyampah. Biasanya informasi-informasi tersebut tak jauh-jauh dari isu agama, seksualitas, kemirisan, kemiskinan, dan tragedi-tragedi. Judulnya, tentu dibuat dengan seheboh dan semenarik mungkin. Judul-judul yang paling mainstream ya dengan menyertakan kata "Subhanallah", "Wow", "Heboh", "Astaghfirullah", "Miris", "Menyedihkan", "Tolong Bagikan", "Wajib Share", dan lain sebagainya. Artikel-artikel semacam itu memang kemudian menjadi sangat terkenal dan bahkan menjadi viral. Pemilik blog pun akhirnya panen pengunjung, juga dolar.
Saya pernah suatu kali ingin membuat judul semacam itu dalam postingan saya, tapi ah... tak sampai hati saya. Karena saya pikir begini : Oke, judul memang sangat penting bagi sebuah artikel agar dapat menarik pembaca, tapi ya jangan gitu juga lah. Ngeblog itu soal membagikan ide, informasi, dan ilmu, bukan hanya menjual sensasi, menjual nama Tuhan, dan menjual kehebohan.
Soal materi artikel bagaimana? Tau sinetron-sinetron di Indonesia kan? Kurang lebih seperti itulah isi postingannya. Sumbernya? Hadeh... ngawur banget. Bahkan nih ya, akun facebook yang nggak jelas asal-usulnya pun bisa dijadikan sumber tulisan sama mereka (para pemilik blog), mungkin karena saking kereaktifnya. Bahkan ada yang sama sekali tidak menyertakan sumber. Wow...sudah kayak google aja, tahu segalanya. Hebat kan?
Karena itulah, bagi Anda yang hingga saat masih menjual sensasi-sensasi, menjual agama, menjual kemirisan, menjual Tuhan, dan menjual informasi sampah, tolong segera diperbaikilah. Jangan kayak gitu terus. Mau sampai kapan Anda mendzalimi para pembaca yang notabene sudah berkorban data internet tapi hanya mendapatkan informasi-informasi sampah, gak bermutu, minim manfaat, dan bahkan justru mengadu-domba. Mau sampai kapan?
Ketika saya berselancar di internet, tak jarang saya menemukan blog-blog berisi informasi-informasi heboh dan cenderung nyampah. Biasanya informasi-informasi tersebut tak jauh-jauh dari isu agama, seksualitas, kemirisan, kemiskinan, dan tragedi-tragedi. Judulnya, tentu dibuat dengan seheboh dan semenarik mungkin. Judul-judul yang paling mainstream ya dengan menyertakan kata "Subhanallah", "Wow", "Heboh", "Astaghfirullah", "Miris", "Menyedihkan", "Tolong Bagikan", "Wajib Share", dan lain sebagainya. Artikel-artikel semacam itu memang kemudian menjadi sangat terkenal dan bahkan menjadi viral. Pemilik blog pun akhirnya panen pengunjung, juga dolar.
Saya pernah suatu kali ingin membuat judul semacam itu dalam postingan saya, tapi ah... tak sampai hati saya. Karena saya pikir begini : Oke, judul memang sangat penting bagi sebuah artikel agar dapat menarik pembaca, tapi ya jangan gitu juga lah. Ngeblog itu soal membagikan ide, informasi, dan ilmu, bukan hanya menjual sensasi, menjual nama Tuhan, dan menjual kehebohan.
Soal materi artikel bagaimana? Tau sinetron-sinetron di Indonesia kan? Kurang lebih seperti itulah isi postingannya. Sumbernya? Hadeh... ngawur banget. Bahkan nih ya, akun facebook yang nggak jelas asal-usulnya pun bisa dijadikan sumber tulisan sama mereka (para pemilik blog), mungkin karena saking kereaktifnya. Bahkan ada yang sama sekali tidak menyertakan sumber. Wow...sudah kayak google aja, tahu segalanya. Hebat kan?
Karena itulah, bagi Anda yang hingga saat masih menjual sensasi-sensasi, menjual agama, menjual kemirisan, menjual Tuhan, dan menjual informasi sampah, tolong segera diperbaikilah. Jangan kayak gitu terus. Mau sampai kapan Anda mendzalimi para pembaca yang notabene sudah berkorban data internet tapi hanya mendapatkan informasi-informasi sampah, gak bermutu, minim manfaat, dan bahkan justru mengadu-domba. Mau sampai kapan?