Ilustrasi, Mengenalkan Sastra Pada Anak |
Di tengah derasnya arus globalisasi seperti saat ini, patutlah kita mengkhawatirkan masa depan anak-anak kita dalam memahami dan menempatkan sastra sebagai bagian dari kehidupan pribadi dan sosialnya. Karena diakui atau tidak, perhatian orang tua terhadap sastra pun juga berkurang, senada dengan bergesernya pandangan terhadap pendidikan berbau tradisi karena dianggap sebagai suatu yang jauh dari kemodernan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Tak lain disebabkan kurangnya pemahaman orang tua betapa sastra dapat menjadi pembentuk karakter yang ideal sebagai modal kehidupan sosial anak-anak mereka. Sastra dapat menjadi pembuka pintu penemuan baru serta memberikan kesan petualangan yang dapat dinikmati anak-anak. Jika selama ini para orang tua menghendaki anak-anaknya untuk tumbuh cerdas dan berwawasan luas maka orang tua pun berkewajiban menanamkan jiwa kesusasteraan dalam diri anak-anaknya sebagaimana telah dikatakan Cullinan (1977)
“Para orang tua dan guru bertanggung jawab bagi penyediaan buku-buku sastra serta menyebarluaskan warisan sastra yang telah tersurat dan tersirat dalam rima anak-anak, dongeng-dongeng tradisional dan novel-novel yang bermutu.”Untuk itu hendaknya para orang tua kembali berpikir untuk menghidupkan kembali gairah sastra dalam diri anak-anaknya sejak dini. Mengingat pengaruhnya yang begitu besar terhadap perkembangan kepribadian, karakter dan mental anak dalam kehidupan sosialnya. Anak-anak yang akrab dengan sastra akan memiliki kemampuan berkomunikasi (lisan, tulisan, verbal), bersosialisasi, serta memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak akrab dengan sastra. Setidaknya ada 6 nilai manfaat sastra bagi anak-anak, diantaranya sebagai berikut :
1.Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, kenikmatan kepada anak-anak.
Imajinasi yang ditawarkan sastra akan menumbuh kembangkan pengalaman dan wawasan anak melalui karya sastra yang dibacanya, terutama buku. Pembacaan karya sastra secara kontinyu akan mengasah mental anak dan memberikan pengajaran bagaimana menyikapi situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari;
2. Sastra dapat mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka untuk mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara.
Imajinasi tersebut yang akan menggiring anak-anak untuk menggali lebih dalam rasa keingintahuannya, kemudian anak terpancing untuk melakukan mini research di setiap kegiatan sehari-hari;
3. Sastra dapat memberikan pengalaman-pengalaman aneh yang seolah-olah dialami sendiri oleh para anak.
Pandangan baru akan diturunkan sebagaimana para anak memperoleh serta memiliki pengalaman aneh itu melalui sastra. Dalam proses ini orang tua dapat memberikan pelajaran tambahan tentang nilai-nilai ketuhanan, moral dan dimensi di luar nalar sebagai solusi atas pengalaman-pengalaman aneh yang ditemukan anak dalam penghayatan sastranya;
4. Sastra dapat mengembangkan wawasan para anak menjadi perilaku insani.
Dunia sastra selalu bergumul pada permasalahan-permasalahan manusia, oleh karena itu dari sana anak akan terlatih pemahamannya terhadap realitas sosial yang telah, sedang dan akan dihadapinya;
5.Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman kepada anak-anak.
Sastra yang mengemukakan nilai universal mengenai makna kehidupan dan hubungan manusia dengan alam dan orang lain;
6. Sastra merupakan sumber utama bagi penerusan warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sastra Dalam Pendidikan Kita
Dalam lingkup dunia pendidikan, sastra juga harus mendapatkan perhatian tersendiri dalam proses belajar mengajar, karena kurikulum yang ada saat ini belum mampu menjawab kebutuhan porsi sastra bagi tumbuh kembang anak. Padahal kita dapat memetik setidaknya 4 manfaat atas menguatnya pengajaran sastra di sekolah-sekolah diantaranya ; perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan kepribadian, dan perkembangan sosial.
Sastra memiliki peran penting guna mendorong efektivitas pendidikan karakter sebagai pendekatan komprehensif pembelajaran sastra sebagai jembatan dimensi moral pendidikan dan ranah sosial dan sipil anak. Di Inggris pembelajaran sastra mendapatkan perhatian yang begitu besar dalam pendidikan, semisal dengan menjadikan puisi-puisi Shakespeare sebagai bacaan wajib sejak SD, agar tertanam tradisi etik dan kebudayaan masyarakatnya. Bahkan di Malaysia, anak usia sekolah diwajibkan minimal harus membaca 25 karya sastra.
Sastra memiliki peran penting guna mendorong efektivitas pendidikan karakter sebagai pendekatan komprehensif pembelajaran sastra sebagai jembatan dimensi moral pendidikan dan ranah sosial dan sipil anak. Di Inggris pembelajaran sastra mendapatkan perhatian yang begitu besar dalam pendidikan, semisal dengan menjadikan puisi-puisi Shakespeare sebagai bacaan wajib sejak SD, agar tertanam tradisi etik dan kebudayaan masyarakatnya. Bahkan di Malaysia, anak usia sekolah diwajibkan minimal harus membaca 25 karya sastra.
Bagaimana dengan Indonesia? miris sekali sebab masih banyak ditemukan pelajar Indonesia justru semakin jauh dengan karya sastra, disebabkan oleh rendahnya perhatian orang tua dan lembaga pendidikan kita terhadap sastra. Fenomena ini yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka frustrasi siswa, kenakalan remaja dan berbagai permasalahan siswa di Indonesia karena di sekolah tidak mendapatkan pengajaran yang menyenangkan dan sarat nilai.
Sebagai generasi tua yang memimpikan lahirnya generasi emas di masa depan, sebagai lembaga pendidikan yang bercita-cita meluluskan generasi emas, maka saatnya kita membuka mata dan perhatian para pendidik, pelaku sastra, pemerintah dan orang tua untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajaran sastra di sekolah, di rumah, di paguyuban sastra ataupun di tempat-tempat lainnya. Bohong besar mimpi menjadikan pendidikan di Indonesia semakin berkualitas dan berkarakter jika tidak diiringi dengan penguatan pengajaran sastra di dalamnya.
Sebagai generasi tua yang memimpikan lahirnya generasi emas di masa depan, sebagai lembaga pendidikan yang bercita-cita meluluskan generasi emas, maka saatnya kita membuka mata dan perhatian para pendidik, pelaku sastra, pemerintah dan orang tua untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajaran sastra di sekolah, di rumah, di paguyuban sastra ataupun di tempat-tempat lainnya. Bohong besar mimpi menjadikan pendidikan di Indonesia semakin berkualitas dan berkarakter jika tidak diiringi dengan penguatan pengajaran sastra di dalamnya.