WC Standar Amerika - Jurnal Darul Azis

WC Standar Amerika

WC Standar Amerika




Hari itu Kang Gambril berniat piknik ke mall untuk mengisi liburan hari tenang menjelang Ujian Akhir Semester. Pagi-pagi ia sudah mandi dan mengenakan pakaian paling necis yang pernah ia miliki. Teman satu kosnya, Kang Gombral yang masih tertidur pulas di kamarnya, di-oprak-oprak karena kemarin sudah menyanggupi untuk menemaninya. Sesampainya di mall, senang nian hati Kang Gambril. Karena selama ini dia jarang sekali pergi jalan-jalan ke mall sebagaimana teman-temannya. Mata Kang Gambril celingak-celinguk sana-sini.

“Walah Bral, aku mah ngiler je jalan-jalan neng kene,’’ celetuk Kang Gambril pada sohibnya itu.
“Lha ngapa Bril?
Akeh barang apik, aku mah pengen,” Jawab Kang Gambril polos.
“Ya wis ra sah dipikir jeru-jeru, niat kita kan lak jalan-jalan thok. Yo wis jalan-jalan wae, nyawang-nyawang wae.” Kang Gambril terdiam, membenarkan perkataan temannya. 

Sedang asyik jalan-jalan, karena tadi pagi Kang Gambril tak sempat buang air besar, hajat itu malah muncul menyapanya ketika sudah ada di Mall.
“Bral, aku kebelet je. Aku tak ke WC dulu ya. “ Ujar Kang Gambril sambil meringis-meringis karena mules. Kang Gombral mengiyakan saja. Toh kalaupun dilarang juga kan ndak mungkin.

“Yo wis tak tunggu di sini ya. Jangan lama-lama. Ndak kaya wong ilang aku di sini sendirian.”

Kang Gambril tak sempat lagi menjawab, ia langsung berjalan cepat menuju WC mall. Lama Kang Gombral menunggu, Kang Gambril tak muncul-muncul. Lima belas menit, setengah jam, Kang Gambril belum juga menampakkan batang hidungnya. Barulah setelah satu jam lebih tujuh menit kemudian, Kang Gambril muncul sambil ngos-ngosan.

“Kamu dari mana e, lama banget?” Tanya Kang Gombral kesal.

“Dari Pom Bensin Bral, Wc mall ini terlalu canggih, WC duduk lagi. Aku mah bingung, kangelan tenan. Jare tulisane sih standar Amerika. Lha aku ki wong Indonesia je. Wah jan aneh-aneh wae mall iki, pakenya standar Amerika segala,” keluh Kang Gambril nerocos.
Mendengar penjelasan temannya, rasa kesal Kang Gombral perlahan mereda, ia malah senyum-senyum seribu arti. Sementara Kang Gambril masih terlihat menggeh-menggeh. 
"Yo jelas kowe bingung, wong biasane kowe ki ngisinge nongkrong neng kali og. Gayamu Mbril-mbril, sok idealis. Padahal kampungan. Haha" Gumam Kang Gombral dalam hati.

Please write your comments