"Selain bisa membuat pikiran menjadi benar-benar lepas, pantai juga dapat membuat hati menjadi lebih damai, tersebab suara debur ombak dan semilir angin pantai"
Sekira pukul 16.00 kami tiba di kawasan pantai pulau karang itu. Di area yang tampak bersih dan tertata ini kami langsung disuguhi pemandangan khas kawasan pantai; para pedagang makanan olahan laut, penginapan, rest area, dan para pengunjung dan masyarakat setempat yang tampak berlalu lalang.
Cuaca saat itu sangat cerah dan bersahabat. Tidak mendung, tidak juga terik. Saat itu saya mulai yakin, perjalanan selama dua jam dari Kota Jogja menuju pantai ini akan terbayar tuntas oleh keindahan panorama Pantai Drini. Pantai yang tenang, berpasir putih, bersih, dan penuh pesona itu.
Selepas memarkir kendaraan di dekat masjid, kami pun langsung menuju bibir pantai. Beberapa teman ada yang tergiur dengan tumpukan udang goreng yang menggoda selera di lapak para pedagang, hingga kemudian membeli seperempat kg untuk dimakan ramai-ramai dengan harga Rp20.000.
Karena rasanya yang nikmat, dalam sekejap udang goreng pun ludes tanpa sisa. Sementara kami sudah duduk manis menikmati semilirnya angin pantai di atas pepasiran sebelum kemudian menjelajah area pantai yang menyajikan pemandangan aquarium raksasa; ikan-ikan berenang dan menggoda kami. Bagi Anda yang ingin menangkap ikan-ikan itu, di sini tersedia tempat penyewaan jaring kecil beserta tempat ikannya.
Oh iya... saat itu kami memang hanya menikmati sisi timur pantai. Tidak banyak pengunjung di sini, hanya ada beberapa saja. Karena banyak yang lebih memilih pantai di sisi barat dan puncak pulau karang tempat tumbuhan santigi (Pemphis acidula) yang oleh masyarakat di sekitar pantai ini biasa disebut drini. Tumbuhan inilah yang menjadi cikal bakal penamaan pantai yang kini menjadi primadona itu.
Kami terus menyusuri tepi pantai sekaligus menikmati ukiran di tebing-tebing yang berdiri gagah di sana. Tak lupa kami mengambil gambar di tempat ini dengan background dinding tebing atau debur ombak, sehingga menghasilkan gambar yang pasti sangat upload-able.
Oh iya... saat itu kami memang hanya menikmati sisi timur pantai. Tidak banyak pengunjung di sini, hanya ada beberapa saja. Karena banyak yang lebih memilih pantai di sisi barat dan puncak pulau karang tempat tumbuhan santigi (Pemphis acidula) yang oleh masyarakat di sekitar pantai ini biasa disebut drini. Tumbuhan inilah yang menjadi cikal bakal penamaan pantai yang kini menjadi primadona itu.
Kami terus menyusuri tepi pantai sekaligus menikmati ukiran di tebing-tebing yang berdiri gagah di sana. Tak lupa kami mengambil gambar di tempat ini dengan background dinding tebing atau debur ombak, sehingga menghasilkan gambar yang pasti sangat upload-able.
Di area ini, kita bisa menikmati danau-danau kecil yang terbentuk secara alami; cocok bagi Anda yang ingin berendam sembari menyaksikan ikan-ikan kecil berenang menggoda Anda karena airnya yang jernih kebiru-biruan.
Beberapa teman saya sudah tampak berpencar dengan kesenangannya masing-masing, ada yang main petak umpet dengan ikan-ikan, ada yang berfoto-foto, dan ada pula yang masyuk bermain air.
Beberapa teman saya sudah tampak berpencar dengan kesenangannya masing-masing, ada yang main petak umpet dengan ikan-ikan, ada yang berfoto-foto, dan ada pula yang masyuk bermain air.
Saya memilih duduk di atas karang berukuran tiga pelukan orang dewasa sambil menikmati deburan ombak yang pecah. Hingga kemudian rebahan di sana untuk beberapa lamanya, menikmati suasana sunyi di Pantai Drini kala itu dengan iringan irama ombak dan angin pantai. Nikmat sekali.
sumber gambar: Justgola