![]() |
Etika Pertemanan yang Harus Kita Jaga/Ilustrasi via www.basementmedicine.org |
Saat hendak makan permen, ada kalanya kita tidak menemukan tempat sampah untuk membuang bekas bungkus permen tersebut. Maka kemudian, daripada membuangnya di sembarang tempat, kita memilih untuk mengantonginya terlebih dahulu sampai nanti menemukan tempat sampah. Ya walaupun tak jarang kemudian kita lupa untuk membuangnya dan baru ketahuan keesokan harinya. Untuk satu hal terakhir, saya kerap mengalaminya. Hingga kadang bekas-bekas permen tersebut sampai menumpuk di tas dan di kantong jaket saya.
Perkara mengantongi bungkus makanan memang tidak ada aturan tertulisnya. Namun toh nyatanya banyak orang yang terdorong untuk selalu melakukannya. Karena mungkin mereka telah sepenuhnya menyadari, itulah etikanya.
Perkara mengantongi bungkus makanan memang tidak ada aturan tertulisnya. Namun toh nyatanya banyak orang yang terdorong untuk selalu melakukannya. Karena mungkin mereka telah sepenuhnya menyadari, itulah etikanya.
Contoh lain soal etika ini yakni ketika kita sedang duduk di bis dan mendapati seorang tua yang tidak kebagian tempat duduk hingga memaksanya untuk berdiri. Tak ada aturan tertulis memang, soal kita harus mengalah dan memberi tempat duduk kepada orang tersebut. Namun secara etika, kita “harus” melakukannya.
Demikianlah etika, ia cenderung tidak membutuhkan perangkat lain (misal aturan atau sanksi tertulis) dalam penerapannya. Sebab ia justru telah melampaui hal itu. Etika lebih dari sebuah aturan tertulis yang tertanam dalam benak seseorang hingga kemudian mendorongnya untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berucap.
Etika itu berasal dari rasa (hati) manusia dan biasanya soal pantas dan tidak pantas, perlu tidak perlu, harus dan tidak harus dilakukannya sebuah tindakan (atau dilontarkannya sebuah perkataan).
Nah...bagaimana jika kita kaitkan etika-etika tersebut dalam sebuah hubungan pertemanan? Berikut ini saya coba merangkum beberapa etika dalam hubungan pertemanan, yang semoga kemudian bisa kita terapkan. Mari..
1. Mengisikan Bensin
Kita pasti pernah minta tolong teman untuk mengantar pergi ke suatu tempat. Etikanya, memang kita harus mengisi bensin untuk kendaraannya. Atau kalau ia menolak dengan alasan bensinnya masih cukup banyak, mentraktir ia makan bisa menjadi alternatif lain sebagai ucapan terimakasih padanya.
Hal yang sama juga berlaku ketika kita meminjam kendaran teman, apalagi jika dipakai untuk jarak yang lumayan jauh. Jangan sampai ketika teman kita memakai kendaraannya ia malah kehabisan bensin gegara kita tidak mengganti bensin yang telah kita pakai.
2. Meminta Izin Ketika Memakai Komputer dan Hp
2. Meminta Izin Ketika Memakai Komputer dan Hp
Memakai komputer, laptop, atau hape teman, agaknya sudah menjadi hal lazim di era sekarang. Namun bukan berarti kita lantas melupakan etika-etika tentangnya. Meminta izin ketika hendak memakai barang-barang milik teman seperti di atas harus tetap dilakukan. Karena kita tidak tahu, apakah di dalamnya ada hal-hal yang bersifat privat. Atau karena hal lain semisal barang tersebut hendak dipakai oleh si empunya dan berbagai alasan lain yang kalau kita tidak meminta izin bisa berakibat fatal terhadap bagi hubungan pertemanan kita.
Hal serupa juga berlaku untuk barang-barang lain. Sebaiknya memang selalu minta izin terlebih dahulu.
3. Gantian Mentraktir
Ketika seorang teman mentraktir kita, tidak mungkin ia akan bilang “traktir balik saya besok ya.” Tapi etikanya, di kemudian hari kita harus gantian mentraktirnya. Tak perlu memaksa jika memang tidak punya cukup uang yang sebanding dengan traktirannya kemarin. Traktir saja semampunya. Karena esensinya bukan di nominal, melainkan di momen traktirannya.
4. Tidak Merokok Jika Banyak Teman yang Tidak Nyaman Karenanya
Kebanyakan para perempuan kurang begitu suka dengan asap rokok. Baik karena alasan-alasan ‘remeh’ maupun karena alasan yang prinsipil. Maka sebaiknya kita para perokok tidak merokok di antara mereka.
Atau ketika berada di ruangan sempit dengan sirkulasi udara yang minimal, sebaiknya kita juga tidak merokok. Agar orang lain dalam ruangan tersebut tidak merasa terganggu dengan kehadira kita.
Sebagai perokok, kita dituntut untuk lebih peka terhadap kondisi sekitar.
5. Mengecilkan Volume Ketika Menonton Video, Mendengarkan Musik, atau Bermain Game; atau Gunakan Headphone
Boleh jadi kita memang senang atau merasa asyik karenanya, tapi bisa tidak dengan apa yang dirasakan orang lain. Termasuk teman kita.
6. Merapikan Kembali Tempat Tidur yang Telah Kita Pakai Ketika Menginap di Rumah Orang
Tak peduli itu teman baik atau bukan atau bahkan di tempat saudara sekalipun, hal tersebut wajib dilakukan secara etika. Merapikan kembali sebagaimana semula adalah bentuk tanggungjawab dan ketahudirian kita sebagai tamu yang pasti telah banyak menerima kebaikan dari tuan rumah.
7. Berinsiatif Untuk Membantu Mencuci Piring atau Beres-beres Ketika Makan di Rumah Orang
Momen ini bukan momen yang jarang kita terima dalam sebuah hubungan pertemanan. Karena itulah, meskipun kita berteman baik misalnya, kita tetap harus membantunya beres-beres atau mencuci piring kotor yang telah kita gunakan.
Minimal kita berpikiran begini, "Saya telah mengotori piring ini, maka saya harus mencucinya sendiri."
8. Menelepon Kembali Panggilan Tak Terjawab, atau Jika Tidak Memungkinkan Cukup Mengiriminya Pesan
Saat kita sedang sibuk sehingga tidak memungkinkan untuk menjawab panggilan telepon, maka sudah jadi keharusan bagi kita untuk menelepon balik, ketika waktu sudah senggang. Etikanya begitu. Karena orang di seberang sana juga pasti bakalan tidak enak kalau hendak menelepon lagi. Secara etika, dia pasti tahu kalau kita sedang tidak bisa menjawab telepon. Dia pasti sudah menunggu kabar/konfirmasi dari kita.
9. Mencari Waktu yang Tepat Ketika Ingin Mengkritik atau Memberi Saran
Kita memang punya hak untuk tetap mengkritik, memberi saran, atau berpendapat kepada teman kita. Namun menyampaikan semua itu kita kepadanya di area umum hingga membuat banyak orang tahu akan dapat membuat teman tidak nyaman. Atau bahkan keberatan hingga berujung kemarahan. Karena itu, sebaiknya kita lebih pintar untuk memilih momen yang tepat untuk menyampaikannya.
10. Jika Meminta Bantuan Teman Untuk Sebuah Pekerjaan Rumah, Berilah Ia Makan Sebagai “bayarannya”.
Meminta tolong kepada teman untuk membantu sebuah pekerjaan di rumah, pasti juga sering kita lakukan. Sebagai imbalannya, kita pun harus memberinya makan. Kalau bisa yang enak-enak atau merupakan makanan kesukaannya. Karena kalau kita memberikan uang, jelas ia tidak akan mau menerimanya.
11. Segera Melunasi Hutang Kita Kepada Teman, Sekecil Apa Pun Itu
Siapa pun yang berutang itu wajib hukumnya untuk membayar. Semua orang tahu itu. Berapa pun jumlahnya dan kepada siapa pun kita berutang, termasuk kepada teman akrab sendiri.
Nah, sebagai orang yang pernah diberi utang (baca : ditolong), maka sudah selayaknya untuk kita segera membayarnya. Usahakan sebelum yang bersangkutan menagih utang tersebut.
Dan satu lagi, jangan berpikiran bahwa teman kita tidak atau belum membutuhkannya. Karena kita tidak akan pernah tahu yang sebenarnya. Pun pemikiran seperti itu akan membuat kita menunda-nunda untuk melunasi utang kita.
12. Tidak Nikung
Ya walaupun misalnya rumput tetangga itu lebih hijau, namun karena kita ini manusia dan bukan kerbau, jelas kita tidak akan memakannya. Yang jelas, ini adalah hal terpenting yang sebaiknya kita jaga dari kesebelas hal lain di atas. Karena biasanya, dosanya tak terampunkan.
Anda punya usulan tambahan? Yuk, curhatkan di kolom komentar. :)