Setya Novanto [Foto via simomot.com] |
“Mohon bersabar, ini ujian.” Hanya kalimat itulah yang bisa saya ucapkan sebagai ungkapan empati untuk Papa Setya Novanto. Selama berada di rumah tahanan KPK, Papa merasa status dan kedudukan sosial Papa sekarang turun begitu tajam. Bahkan Papa merasa kehidupan Papa sekarang sudah seperti anak kos.
Mendengar kabar kehidupan Papa yang sekarang, saya benar-benar turut prihatin. Mungkin Pak SBY juga ikut prihatin. Tapi percayalah, Papa Setnov, untuk saat ini mungkin itulah yang terbaik buat Papa. Guru saya pernah berpesan begini,
“Untuk menyelamatkan kehidupan seseorang, selalu ingatkanlah dia tentang masa-masa silamnya. Dengan begitu, ia akan sadar dari mana ia berasal.”
Hal ini mungkin berlaku juga buat Papa. Sebagai mantan mahasiswa perantauan di Surabaya dan mantan mahasiswa Universitas Trisakti yang pernah tinggal menumpang di rumah teman sekaligus atasan Papa, Pak Hayono, dan pernah mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga menyuci mobil serta menjadi sopir pribadi keluarga Pak Hayono, Papa sekarang ini ibaratnya cuma sedang diingatkan kembali dengan kehidupan Papa yang dulu.
Kehidupan yang seperti apa?
Kehidupan yang seperti apa?
Kehidupan yang penuh dengan perjuangan. Kehidupan yang penuh dengan keprihatinan. Dan kehidupan yang pada akhirnya mampu mengantarkan Papa ke puncak kesuksesan sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua DPR RI.
Kembali merasakan kesusahan itu penting Pa. Agar semua orang tahu, betapa kuat dan gigihnya Papa dalam menghadapi semua itu. Agar semua orang tahu, roda terus berputar. Kadang di atas, terus lupa diri, lalu jatuh.
Dalam posisi seperti sekarang ini, kini Papa juga bisa tahu, mana orang yang benar-benar mencintai Papa dengan tulus dan mana yang bukan. Mana sahabat terbaik dan mana yang cuma berpura-pura baik. Mana yang maunya cuma berteman di saat senang, dan mana yang masih mau berteman di kala susah dan senang.
Papa harus bersyukur, di saat Papa jatuh dan ditahan begini, hubungan Papa dengan Bu Deisti istri Papa masih sangat baik. Bahkan Bu Deisti setiap hari mau menjenguk Papa. Saya yakin, tidak akan perceraian walau ruang tahanan telah memisahkan raga kalian.
Tak hanya itu, Pa. Dengan kondisi kehidupan Papa yang sekarang, Papa juga jadi tahu makanan apa yang paling tepat untuk mengganjal perut yang kelaparan. Supermi Pah. Iya, Supermi. Apa pun nama merknya, tetap Supermilah jawabannya.
Dialah makanan yang paling berjasa bagi seluruh mantan anak kos di seluruh Indonesia. Namanya sangat patut untuk diabadikan dalam halaman pengesahan skripsi setiap mahasiswa, yang sayangnya sampai sekarang masih belum ada mahasiswa/i yang mau mengakuinya dengan jujur.
Kehidupan anak kos memang sangat dekat dengan mi instan. Apalagi saat tanggal-tanggal tua. Benar-benar harus prihatin deh pokoknya. Pagi mi, siang mi, malam mi. Itu pun kalau masih punya stok Pa. Kalau stok cuma tinggal sedikit, ya terpaksa sebungkus Supermi itu diremukin, terus dimakan gitu aja. Habis itu, minum deh banyak-banyak. Dijamin, bisa kenyang seharian.
Begitulah rasanya jadi anak kos Pa. Penuh drama dan suka duka. Mulai dari makan mi, hingga nyuci piring sendiri. Penderitaan yang saat ini Papa rasakan mungkin masih belum ada seujung kuku anak kos yang hanya bermodal nekat dan tak mendapatkan dukungan dana dari orang tua karena saking miskinnya. Tapi bagi anak kos yang tinggal di kos-kos eksklusif, kehidupan tentu terlihat sangat menderita dan memprihatinkan.
Papa Setnov, meskipun berada di tahanan, ternyata Papa masih bisa saja memberikan inspirasi dan pelajaran untuk seluruh rakyat Indonesia tentang kehidupan (anak kos). Dari curhatan Papa yang kemudian diberitakan oleh media-media online itu, saya mendapatkan banyak pelajaran.
Pelajaran pertama adalah tentang berbagi tugas. Di dalam tahanan, Papa kini harus berbagi tugas rumahan, tentang siapa yang ngepel, nyapu, nyuci, dan lain sebagainya. Di mana Papa kemudian memilih untuk nyuci piring saja. Dalam kegiatan apa pun, berbagi tugas memang sangat penting Pa. Baik itu kegiatan baik, maupun kegiatan buruk, seperti korupsi misalnya.
Pelajaran kedua adalah tentang berbagi. Di dalam tahanan, setiap kali Papa mendapatkan kiriman makanan dari keluarga, kini Papa harus berbagi dengan sesama tahanan. Sebagai orang yang sama-sama susah, Papa sadar harus sharing satu sama lain.
Demikian pulalah yang selama ini dilakukan oleh rakyat Indonesia yang miskin dan hidupnya penuh dengan kesusahan karena pejabatnya banyak yang korupsi Pa. Mereka sangat solid dan gemar berbagi. Baik itu berbagi canda dan tawa, makanan, maupun keluh kesah persoalan masing-masing keluarga.
Pelajaran ketiga, adalah tentang cara mudah untuk berdiet. Dari pengalaman Papa, saya jadi tahu, ternyata cara terbaik untuk diet adalah dengan ditahan KPK. Ini mungkin bisa menjadi alternatif bagi mereka para pejabat negara yang gemar korupsi dan berbadan gendut tapi pengin kurus walau malas berolah raga. Coba Papa kasih tahu tips ini untuk mereka, siapa tahu mereka kemudian berbondong-bondong datang ke KPK minta ditahan.
Kalau bagi anak kos beneran yang hidupnya susah sih memang nggak perlu diet Pa. Mereka rata-rata sudah kurus badannya.
Pelajaran keempat, adalah tentang kepasrahan yang hakiki. Waktu terjadi gempa di Banten kemarin, Papa bilang cuma bisa pasrah. Sumpah Pa, ini benar-benar kepasrahan tingkat tinggi. Saya tak menyangka, baru beberapa bulan hidup di ruang tahanan, Papa sudah bisa mencapai tingkat kepasrahan setinggi itu. Saya salute dengan Papa.
Papa Setnov, sepertinya surat saya sudah cukup panjang. Karena itu, saya akan segera mengakhirinya.
Mengakhiri surat ini, saya ucapkan terima kasih kepada Papa, karena sebagai anak kos, saya akhirnya bisa berada dalam satu nasib dengan orang sehebat Papa. Sekarang saya benar-benar merasa diwakili oleh mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat.
Ini sungguh membuat saya, dan mungkin juga anak kos lainnya, merasa sangat tersanjung. Salam Supermi, Papa Setnov!
Kos-kosan dekat kampus, 25 Januari 2018
Darul Azis
hahahah salam supermi ya buat papa dari balik jeruji besi.
ReplyDeleteSalam Supermi Mbak :)
Deletesaya biasanya popmie deh atau mie sedap, hehe, meskipun ga awal bulan tetap makan mi instan karena gampang dan cukup mengganjal perut.
ReplyDeleteSemoga papa bisa kembali ke jalan yang benar, jangan ada drama panjang lagi, penonton sudah bosan,
padahal episode kemarin itu sudah klimaks, eh mau memperpanjang episode dengan kecelakaan, akan lebih panjang jika sampai mengalami amnesia, bukankah sinetron seringnya begitu bukan?
Mi Instan selain bisa untuk mengganjal perut, rasanya saya akui memang niqmat Mas Sabda.
DeleteKabar terakhir Papa bakalan jadi Justice Collaborator, bisa makin seru Mas kasusnya. Bisa jadi tontonan sambil makan mi Intan.